Dasima Ardan

Edisi: 45/01 / Tanggal : 1972-01-15 / Halaman : 21 / Rubrik : HB / Penulis :

SESUDAH orang berkata bahwa prinsip prinsip lenong merasuk
kedalam sandiwara modern di Indonesia, adalah lumrah dikuping
kalimat ini: unsur-unsur sandiwara mulai merasuk kepanggung
lenong. Demikianlah jang telah terdjadi. Sementara orang-orang
sandiwara mengambil efesiensi dan segi-segi praktis lenong untuk
menggandjel budget pementasan mendjadi seminim mungkin sementara
itu kaum lenongpun tak ketinggalan. Mereka dengan
pentolan-pentolannja - jang notabene berasal dari kaum sandiwara
djuga--berusaha mengangkat dirinja dengan unsur-unsur sandiwara,
agar pertundjukan mereka mendapat penggemar jang lebih luas.
Sehingga masuk akal dugaan: dari perlombaan itu akan terdjadi
suatu perbenturan jang akan melahirkan anak belasteran. Tapi
sebegitu djauh, dari seluruh tepi Djakarta belum diterima kabar.
Malah masing-masing kaum bertambah mengokohkan dirinja. Jang
sandiwara tak mau dikata lenong dan jang lenong tetap merasa
diri bukan sandiwara.

; Di TIM dimana lenong sudah berhasil didjadikan makanan batin
sampai kepada kaum atasan, ditjatat sebuah kesulitan baru.
Sedjak 16 Nopember 1968, tatkala D. Djajakusuma dengan Sumantri
Sastrosuwondo mementaskan sebuah lakon lenong bernama Njai
Dasima, djatan memang kelihatan lempeng. Sampai tahun 1970 tidak
ada kesulitan terhadap muntjulnja lenong sebagai harta hiburan
jang tjukup terhormat. Tetapi ditahun 1971, begitulah Hasanta
dari TEMPO melaporkan setelah wawantjara dengan S.M. Ardan,
terlihat penonton…

Keywords: -

---

Foto Terkait