Kemana Putra Bunda Pergi
Edisi: 05/02 / Tanggal : 1972-04-08 / Halaman : 36 / Rubrik : HB / Penulis :
PAGAR-PAGAR jang tinggi kini banjak dibuat di Djakarta. Ia
melahirkan sebuah dunia ketjil jang terpisah dari kegiatan
djalan raja. Anak-anak jang hidup didalamnja menghabiskan waktu
dengan membatja komik, mendengar radio dan menunggu malam tiba
untuk menonton TV. Bila mereka merasa kesal, orang tuanja
berdjandji hari minggu dimuka membawa mereka kekolam renang,
kebun binatang, taman ria, Djakarta Teater atau Taman Ismail
Marzuki: Tetapi tiba-waktunja, baru teringat ada resepsi atau
arisan.
; Anak-anak jang tak berduit tak dapat menerima nasib menunggu.
Ditengah-tengah kegiatan djalan raja, mereka, mengedjar
lajang-lajang putus. Mereka main bola dibawah patung buruh, dan
tani Mereka mengisap rokok sambil main kartu ketjil-ketjilan.
Ada djuga pikiran untuk nonton Heintje atau naik sepeda air di
Taman Ria Senajan, tetapi ongkos angkut dan biaja kesenangan
tidak terpikul. Mereka lebih aman nonton pertundjukan bakul
djamu, atau membantu-Bantu orang-tuanja. Lagi pula mereka suka
jang sedikit berbau avonturir. Njerobot pagar untuk nonton
pertandingan bola misalnja. Meskipun resikonja tjukup berat,
kena pentung atau kepala berdarah beradu dengan semen.
; Djakarta Terlalu Komersiil.
; Sjariful Alam, Humas DCI mengakui sendiri DCI belum memikirkan
setjara chusus tempat hiburan untuk anak-anak. Sebuah tempat
dimana anak orang kaja dan anak orang miskin dapat sama-sama
menghibur diri. "Seharusnja ada" katanja kepada TEMPO. "Tetapi
disamping diperlukan biaja jang sangat tinggi, kini belum
terlihat urgensinja". Iapun menerangkan bahwa soal-soal
kepemudaan ini lebih mendesak dari soal anak-anak. Hiburan
anak-anak belum mendesak karena mereka dianggap tidak mengganggu
ketertiban. Ia merasa sudah tjukup memadai bila anak-anak
menghibur diri membontjeng dengan orang-tuanja: "Anak-anak tidak
kurang hiburan", katanja, sambil menundjuk Taman Ria Senen,
Monas, Senajan, Taman Margasatwa Ragunan, pantai Bina Ria
Antjol, kolam-kolam renang, TV, bioskop dengan atjata-atjara
matine, radio dan TIM.
; Pak Ooq seorang pelukis jang tjinta anak, tidak setudju dengan
Sjariful Alam. Terhadap tempat hiburan anak-anak, ia tidak sadja
mengatakan penting bahkan "maha" penting. Dari djalan Daksa,
Kebajoran Baru, ia menjatakan perasaan ketjewanja terhadap
Pemerintah DCI. Bukan sadja karena kompleks Taman Anak-Anak jang
pernah didirikannja di daerah Senajan-kini disulap mendjadi
lapangan golf, tetapi djuga karena Taman-taman jang menjusul
didirikan terlalu berbau komersiiL "Taman-Tamaai Ria jang ada
sekarang seharusnja lebih berfungsi sosial", katanja. Dengan
rambut memutih dan mulut jang penuh dengan rantjangan, ia tampak
sebagai pahlawan jang kalah. "Jang ada sekarang hanja didasarkan
uang semata-mata. Kita membutuhkan tempat dimana keluarga bisa
berkumpul tanpa ongkos berat", katanja pula. Alat-alat mekanik
jang mengakibatkan ongkos bersenang-senang mahal baginja tidak
begitu tepat. Ia mengingatkan pada situasi jang bisa didjumpai
dalam tamannja dahulu, jakni alam bebas dan kemerdekaan. Disana
anak-anak berlari dengan bebas, berteriak dengan merdeka,
menjalurkan energi tanpa biaja. Lapangan jang banjak ditutup
untuk bangunan, sekolah-sekolah jang tidak punja lapangan,
rumah-rumah jang dibelenggu oleh pagar jang tinggi,
kendaraan-kendaraan jang mengganti kegiatan kaki, menumbuhkan
kebutuhan untuk bergerak. "Anak-anak perlu mengajunkan tangan
melempar batu, memandjat pohon, bergantung ditiang besi,
memukul-mukul tong untuk mendengar bunjinja, pendeknja anak anak
perlu hiburan jang dapat menjalurkan energi mereka, bukan alat
mekanik katanja.
; Pak Kasur, pentjinta anak-anak jang bermukin didjalan Kebon
Binatang, sependapat dengan sedjawatnja. Sambil menghindarkan
diri dari perbuatan mengkritik, ia mengadjukan saran, alangkah
baiknja bila Djakarta tambah sebuah Taman Ria lagi jang isinja.
hanja aktifitas. Mengenakan badju batik pitji batik, dengan
senjum los diatas lehernja jang pandjang, ia berkata: "Hiburan
anak-anak tak boleh dilepaskan dari motif. edukatifnja". Lebih
baik lagi kalau dikatakan bahwa baginja segi mendidiknja jang
utama. Permainan dan hiburan-hiburan hanjalah alat untuk
menjampaikan maksud-maksud mendidik itu setjara lebih memikat
Dalam hal ini bakat-bakat kesenian jang menondjol memang tidak
dapat ditolak Jetapi tetap disalurkan dengan wadjar, sehingga
pertumbuhan djiwa anak tetap wadjar. Sedang dalam garis
besarnja, hiburan anak anak jang ada sangkut-pautnja dengan
bidang seni, baginja hanja bersifat pemupukan kepribadian jang
mantap, segi-segi keindahannja tidak terlalu dituntut. "Saja
tidak senang hiburan untuk anak mereka hanja nonton sadja",
katanja. Ia mengakui Taman-taman jang ada sekarang harus ada,
tetapi baginja harus diimbangi dengan taman-taman jang
memberikan aktifitas. Untuk ini disebutnja sebuah taman jang
pernah didjumpainja di Denmark. Ditaman itu bisa didjumpai
mobil, tank, kapal terbang, kereta api dan sebagainja jang
kesemuanja rusak. "Dengan taman serupa itu anak-anak akan
dididik imadjinasinja", katanja. Itu kita perlukan dengan
mendesak dan kalau dapat gratis!" katanja.
; Medan Musim Lowok.
; Djauh di Medan, TV telah ada. Anak-anak dapat menonton sandiwara…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Bulan Denpasar Manggung di Jakarta
1994-01-22Lagu itu cukup komunikatif, iramanya sesuai dengan selera kita, dan memang aslinya denpasar moon berirama…
Sangkuriang Memburu Cinta
1993-06-12Cerita klasik sangkuriang dipentaskan di bandung. eksperimen baru yang didominasi musik ini baru setingkat opera.…
PERSEMBAHAN SEORANG RUTH
1993-02-06Ruth sahanaya mengadakan konser tunggal di tim, jakarta. ia penyanyi terbaik indonesia dan mau bersusah-susah.…