Kebudayaan Paksa Di Bali
Edisi: 43/03 / Tanggal : 1973-12-29 / Halaman : 36 / Rubrik : PWS / Penulis :
RATA-RATA 10.000 orang sebulan, wisatawan asing membanjiri Bali
kebanyakan terdiri dari orang bisnis. Maka tak kuraug dari 700
art shop pun muncullah di sana. Tapi tidak dengan sendirinya
mengalir pula dollar atau rupiah ke kantang pemilik art shop,
seniman atau pengrajin. Memang aneh. Soalnya, laris-tidaknya
banyak tergantung dari besar-kecilnya uang tip alias persenan
yang diberikan oleh art shop kepada pramuwisata, sopir taksi dan
petugas biro perjalanan.
; Kalau mau laris, jumlah tip yang harus diberikan memang tidak
kepalang tanggung. Yakni 40% dari harga jual sebuah souvenier.
Entah itu berupa patung, barang-barang anyaman dari daun lontar
dan bambu atau barang-barang kerajinan tangan dari tanah liat.
Perinciannya: 20% untuk pramuwisata, 10% sopir, 1O% lagi untuk
"orang dalam" dari biro perjalanan yang mengatur perjalanan sang
turis. Gara-gara "kebudayaan tip" yang sudah merajai dunia
pariwisata Bali, tak sedikit para eksportir barang-barang
kerajinan-tangan yang mengeluh.
; Terang-terangan. "Dalam sepuluh hari belum tentu kami menerima
tamu ujar seorang eksportir di Batubulan, sementara "penjualan
eceran nihil". Tak heran kalau banyak art shop sekarang ini
bagaikan ruang parmeran tanpa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
RUSAK ?
1991-01-05Bali mengalami perubahan setelah ada persentuhan dengan budaya luar dan terbuka untuk para turis. miquel…
BUKAN SEKADAR MEMBANGUN HOTEL
1991-01-05Bali punya andil besar dalam pariwisata indonesia. menjadi tujuan wisata yang memiliki kelas tersendiri pembangunan…
PENUMPANG-PENUMPANG TAK BERBINTANG
1983-09-03Pelayaran perdana km. kerinci, jakarta-padang dan jakarta-ujungpandang. jadi sasaran tukang catut. para penumpang masih semrawut.…