Menghimbau Ke Abad Satelit
Edisi: 38/04 / Tanggal : 1974-11-23 / Halaman : 46 / Rubrik : ILT / Penulis :
"Tiap rumah tidak hanya punya hubungan dengan, jaringan tilpon
kota tapi juga dengan jaringan televisi kota, jaringan
telekomunikasi data & macam-macam jaringan lainnya ..... Mungkin
si Bapak pergi bekerja setiap hari tidak lagi dengan mengendarai
mobil ke kantor, tapi (cukup) pergi ke ruangan alat-alat
telekomunikasi di rumah di mana si Bapak bekerja dari jauh..."
; --Iskandar Alisjahbana.
; ***
; BEGITULAH "impian" seorang ahli telekomunikasi lTB, 6 tahun
berselang. Kini "impian" itu nampaknya tidak lagi mustahil,
walaupun tetap tidak murah. Sebab meskipun "sorga" buat si Bapak
kedengaran terlalu muluk, mungkin saja generasi kelak tinggal
menyetel TV di rumahnya, dan mengunyah-ngunyah pelajaran (dan
permen) dari guru-guru paling jempolan di negeri ini yang
disiarkan dari studio TV Pendidikan dekat stasiun bumi utama
satelit Nusantara di Jakarta.
; Negara Kepulauan
; Tentu masih bisa ditanyakan: bagaimana nasib jutaan petani,
pedagang, peternak, nelayan & fabrikan-fabrikan kaliber mini
yang tersebar di sekitar 60 ribu desa di negeri kepulauan ini?
Apakah mereka pun dengan cermat dapat mengikuti siaran harga
hasil bumi dari pemancar TV di kota terdekat, dan tidak hanya
tergantung pada informasi penyuluh-penyuluh pertanian? Tapi
memang bukan maksud Prof Iskandar waktu itu membeberkan lengkap
satu kisah khayalan ilmiah (science fiction) seperti penulis
Isaac Asimov. Dalam pidato pengukuhannya menjadi Guru Besar
Elektroteknik yang makan waktu 2« jam, Iskandar -- anak sastrawan
Takdir Alisjahbana -- sekedar bermaksud memaparkan kemajuan
teknologi telkom di luar negeri, dan bagaimana Indonesia sebagai
"pendatang baru" dapat memetik manfaat dari padanya. Untuk itu
staf Elektroteknik ITB sudah siap dengan konsep "jaringan telkom
satelit" bagi negara-negara ASEAN.
; Gagasan yang disusun ITB 6 tahun berselang itu terutama
ditujukan untuk kepentingan siaran pendidikan dasar dalam rangka
usia wajib-belajar (6 s/d 12 tahun). Tentu tak diabaikan pula
kepentingan pendidikan kejuruan & orang dewasa, siaran
Departemen Penerangan serta sambungan telepon jarak jauh untuk
kepentingan industri & niaga. Tapi mengapa bukan melalui
jaringan telkom bumi? Mengapa justru melalui jaringan telkom
antariksa, yang di tahun 1968 itu baru merangkum 60 negara dalam
konsortium Intelsat -- sementara Indonesia baru mulai membangun
stasiun bumi Jatiluhur bersama ITT dengan bantuan AS? Alasan
yang dikemukakan mahaguru Elektroteknik ITB waktu itu adalah,
bahwa hanya sistim pendidikan melalui satelit diyakininya "dapat
memenangkan perlombaan mengejar penambahan jumlah penduduk &
keterbelakangan Indonesia". Untuk itu harus dipenuhi 2 syarat.
Pertama, diperlukan "suatu jaringan telkom yang mencakup seluruh
Indonesia yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan pendidikan
seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke". Dan kedua --
menurut evaluasi teamnya -- "suatu perencanaan jaringan telkom
yang mempersatukan kebutuhan untuk pelaksanaan pendidikan,
penerangan & penyaluran berita adalah jauh lebih menguntungkan".
Kedua syarat itu hanya dapat dipenuhi oleh sistim telkom
antariksa, khususnya untuk negara kepulauan seperti Indonesia.
; Papan-tulis TV
; Agar lebih meyakinkan lagi, di hadapan rekan-rekan dosennya &
para mahasiswa ITB disodorkannya beberapa perbandingan kapasitas
& biaya antara sistim telkom satelit & sistim telkom darat.
"Pada pririsipnya", begitu tuur dosen Elektro itu,
"telekomunikasi melalui satelit tidak berbeda dalam kapasitas &
cara penyaluran informasi dibandingkan dengan cara-cara
transmisi yang pada waktu ini sedang dibangun dari Jakarta
sampai Surabaya". Maksudnya adalah jaringan gelombang mikro,
yang selesai Repelita I sudah berhasil menghubungkan biro-biro
perjalanan di Jakarta dengan hotel-hotel di Bali dalam sekejap.
Tapi, beda yang sangat penting adalah kemungkinan menghubungi 2
tempat yang jauh & dekat, melampaui lautan & hutan belantara,
dengan ongkos & faktor kesulitan yang sama. "Melalui satelit",
komentar ahli telekomunikasi lulusan Jerman itu lebih lanjut,
"ongkos hubungan antara 2 tempat yang jaraknya 200 Km sama saja
dengan ongkos hubungan antara 2 tempat yang berjarak 5000 Km".
Itu sebabnya dia optimis, bahwa kalau konsep ITB itu bisa
diterima, penyaluran siaran TV ke seluruh ke Indonesia atau ke
seluruh dunia -- yang sampai waktu itu masih terkatung-katung --
"sudah tidak merupakan persoalan teknologi lagi".
; Andaikan saat itu ide Iskandar diterima pemerintah, dan
diserahkan pada ITB untuk menangani disainnya, ITB toh…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…