Lahirnya Seorang Sutradara

Edisi: 10/04 / Tanggal : 1975-05-10 / Halaman : 44 / Rubrik : FL / Penulis :


"Kita harus berontak pada produser. Jangan beri kesemptan, pada
mereka untuk mendikte kita".

; --Teguh Karya, dalam ceramah di TIM 29 Maret 1975.

; ***

; JAUH sebelum ia mengucapkan kalimat tersebut, Teguh Karya, 37
tahun, telah menembakkan pemberontakannya ke langit film
Indonesia. Sukses dengan film Cinta Pertama di tahun 1974, ia
serta-merta mendapatkan tawaran dari berbagai produser. Tapi
cerita yang akhirnya muncul di layar lebar adalah hasil
pemberontakan sang sutradara. Kematian tetap mengakhiri film
Ranjang Pengantin. Namun kematian dalam cerita itu akan tetap
lebih rombengan, seandainya selera produser yang dipraktekkan
Teguh.

; Mengikuti kehidupan perfilman sejak tahun 50-an - sebagai pemain
maupun asisten sutradara--Teguh nampaknya memang orang yang
pantas untuk mengobarkan sebuah "pemberontakan". Ia tahu betul
sejarah film Indonesia. Dengan panjang lebar ia bisa berkisah,
betapa dulu di masa itu sutradara bukan cuma didikte oleh
produser yang memiliki modal, tapi juga oleh para juru kamera.
Teguh yang mematangkan diri melalui teater sejak awal tahun
50-an itu melalui ASDRAFI (Yogyakarta) dan ATNI (Jakarta),
menanti cukup lama untuk mulai berdiri penuh di belakang kamera.

; Pesangon Tentara

; Ketika di tahun 1972 ia memutuskan untuk melangkah ke dunia film
lewat film Wajah Seorang Laki-Laki, ia bukan satu-satunya yang
bertekad penuh. Bersama dengan Teguh, sekumpulan orang juga
telah siap dengan sebuah rencana baru. Mereka itu adalah seniman
muda yang beberapa tahun terakhir terus-menerus bersama Teguh
Karya dalam setiap kegiatan teater sang sutradara. Mereka inilah
yang dulu secara teratur membina kelompok penonton teater di
Hotel Indonesia, jauh sebelum Taman Ismail Maruki dibangun.
Dengan menggunakan nama Teater Populer, Teguh dengan
teman-temannya memang tidak berharap terlalu banyak. Mereka
bertindak sebagai pembina selera penonton. Dan usaha mereka
cukup berhasil, baik dalam membina penonton maupun dalam
mematangkan anggota grup mereka. Slamet Rahardjo, Tuti Indra
Malaon, Riantiarno, Titik Qadarsih, semuanya menemukan bentuk
melalui grup ini.

; Bersama dengan beberapa anggota lainnya, seniman-seniman itulah
yang mendampingi Teguh Karya dalam melahirkan film-filmnya.
Membuat film secara bergrup seperti ini memang bukan soal lazim
di Indonesia, meskipun bukan pula barang baru. Di awal tahun
lima puluhan, Usmar Ismail yang membangun Perfini, pada mulanya
juga dengan cara bergrup. Dari Yogyakarta, pemuda-pemuda itu
mendapatkan sejumlah uang dari pesangon mereka sebagai tentara
yang diberhentikan dengan hormat. Modal yang konon jauh dari
cukup itulah yang dimanfaatkan oleh almarhum Usmar Ismail,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sebuah Film untuk Mutiari dan Lain-Lain
1994-04-30

Sutradara: jim sheridan. skenario: terry george, jim sheridan. aktor: daniel day-lewis, emma thomson, pete postlethwaite.…

M
Madonna, Kejujuran dan Ketelanjangan
1994-01-22

Sutradara: alek keshishian. produksi: propaganda film. resensi oleh: leila s chudori

R
Robin Hood Pelesetan
1994-01-22

Sutradara: mel brooks. skenario: mel brooks, evan chandler, david shapiro. pemain: cari elwes, richar lewis,…