Apa Untung, Jadi Gajah Mada 1976 ?
Edisi: 20/06 / Tanggal : 1976-07-17 / Halaman : 48 / Rubrik : ILT / Penulis :
"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, .... samana isun amukti palapa"
ITULAH sumpah Gajah Mada, patih Majapahit di depan sang rani Tribuwanatunggadewi, tahun 1334. Artinya: "Jika telah berhasil menundukkan Nusantara, saya baru akan istirahat".
Enam abad kemudian, sumpah palapa kembali dikenang oleh Presiden Soeharto ketika 'membaptis' satelit komunikasi domestik yang baru diluncurkan minggu lalu. "Sengaja kita mempergunakan nama Palapa", kata Soeharto di Cendana Jumat pagi, setelah dengan santai, sarung dan surjan menyaksikan roket Delta 2914 meninggalkan Tanjung Kennedy, AS, "karena menunjukkan bahwa bangsa Indonesia juga pernah jaya sebelum kaum penjajah datang di Indonesia". Karena itu Presiden mengharapkan agar satelit komunikasi ini benar-benar dimanfaatkan "untuk lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan, sehingga cita-cita masyarakat adil makmur dapat segera terwujud". Yang berarti pula, supaya "Indonesia tetap merupakan satu kesatuan wilayah, kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan kebudayaan dan kesatuan pertahanan untuk membela kelangsungan hidup Negara dan Bangsa Indonesia".
Alat pemersatu Nusantara, dengan kata lain. Dalam kata-kata ahli ilmu politik Dr Alfian, yang akhir-akhir ini banyak berurusan dengan soal satelit,"satelit Palapa dapat lebih mempercepat proses integrasi nasional".
Mungkin itu sebabnya, investasi untuk satelit ini tidak dapat berdiri sendiri. Tapi berkaitan dengan serentetan proyek-proyek telkom lainnya. Sehingga seluruh paket proyek-proyek telkom yang sudah mulai dikerjakan atau dirundingkan -- sejak 2 tahun silam seluruhnya sudah bernilai Rp 81 milyar. Atau AS$ 1,4 milyar.
Dari paket segede itu, porsi terbesar dipegang oleh proyek ekspansi telepon dan telex di seluruh Indonesia. Seluruhnya menelan Rp 461 milyar (hampir 80%). Termasuk ribuan kilometer kabel baru yang sebagian besar dibeli di luar negeri. Atau dibeli dari anak perusahaan multinasional elektro Philips (NKF, partner PT Masayu dalam Kabelindo) dan Kabelmetal. Dengan investasi itu jumlah nomor telepon yang sekarang hanya 220 ribu (1 telepon untuk 6000 penduduk) akan dinaikkan 3 x lipat, menjadi satu telepon untuk 2000 penduduk. Berbarengan dengan itu jumlah pesawat telex yang sekarang hanya 1.730 nomor akan dinaikkan 8 x lipat.
Namun satelit manfaatnya tidak hanya untuk telekomunikasi (telepon, telegram, telex dan transmisi data) saja. Juga buat memancarkan siaran TV. Makanya pemerintah juga teken kontrak sebanyak Rp 46 milyar dengan Siemens dan Ampex untuk memodernisir stasiun-stasiun TV yang ada dan membangun stasiun baru. Di samping pemancar siaran nasional yang ada di Senayan Jakarta, di Surabaya akan dibangun pemancar baru yang juga boleh berhubungan dengan satelit. Di samping itu pemancar-pemancar lokal yang sudah berdiri -- Medan, Palembang, Yogya, Ujungpandang dan Balikpapan…
Keywords: Satelit Palapa, Presiden Soeharto, Dr Alfian, PT Masayu, SKSD, Sistim Komunikasi Satelit Domestik, Ir Willy Munandir, Emil Salim, Hughes Aircraft Corporation, PT Graha Gapura, CV Modern, Prof Widjojo, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…