Realisme Di Kampus
Edisi: 36/08 / Tanggal : 1978-11-04 / Halaman : 28 / Rubrik : SR / Penulis :
SEKITAR 1959, pelukis S. Sudjojono (lahir 1913) kembali ke (yang oleh banyak orang disebut) realisme. Sebelum itu, lukisan-lukisannya cenderung membiarkan emosinya lebih bicara daripada harus mengutip bentuk sebagaimana kelihatan oleh mata. Alasannya waktu itu kira-kira bentuk yang sama atau mendekati yang tampak oleh mata, itulah yang bisa dimengerti masyarakat (rakyat).
Contoh karya yang begitu itu sudah sulit dilihat di alam koleksi Sudjojono sendiri, atau di pameran-pameran di mana Sudjojono ikut serta. Untung, dalam buku kumpulan koleksi lukisan Presiden Soekarno masih bisa didapat. Dan sejak kapan pelukis ini kembali mengumbar emosi dan keberaniannya "mengabaikan" bentuk, persisnya entahlah. Tapi jelas setelah 1966.
Maka agak menimbulkan perasaan risi, kalau pamerannya bersama Hardi (27 tahun), diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa UI di Pusat Mahasiswa UI, Salemba, diberi nama 'Pameran Lukisan Realis Dua Angkatan.'
Coba lihat "Ibu Ketawa di Muka TV" karya Sudjojono 1978. Ada tiga…
Keywords: Bambang Bujono, Pameran Lukisan Realis Dua Angkatan, S. Sudjojono, Presiden Soekarno, Hardi, Jimmy Carter, Mochtar Lubis, Sawito, Ali Sadikin, Buyung Nasution, Raden Saleh, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…