Sekali Lagi: Saidja Dan Adinda

Edisi: 25/07 / Tanggal : 1977-08-20 / Halaman : 40 / Rubrik : FL / Penulis :

Film Saidja dan Adinda telah ditolak Badan Sensor Film
Indonesia (TEMPO 23 Juli 1977). Tapi Film itu masih mungku
ditonton oleh publik Indonesia jika produser film tersebut
bersedia melakukan sejumlah perubahm pada film hasil keria sama
Indonesia-Belanda itu.

; Yang jadi soal sekarang ini adalah pemilikan terhadap film itu.
Kabarnya ada dua pihak yang mengaku memilikinya. Keputusan
terakhir nampaknya harus ditunggu dari pengadilan. Berikut ini
adalah ulasan wartawan TEMPO -- juga sempat menyaksikan film
itu - mengenai Saidja dan Adinda setelah penolakan sensor itu
baru-baru ini.

; CERITA bermula ketika Max Havelaar menyerahkan naskan
karangannya kepada seorang pedagang kopi di Amsterdam.
Naskah-naskah yang tak terjilid rapi itulah yang kemudian
menjelma menjadi kisah Havelaar tatkala ia berada di Nusantara.

; Melalui sejumlah jabatan, Havelaar kemudian mendapatkan
kedudukan sebagai asisten residen di Lehak, Banten. Sebelum itu,
jabatan tersebut dijabat oleh Slottering yang secara amat
mendadak menemui ajalnya.

; Kematian ini kemudian hari menjadi gangguan bagi jiwa Havelaar
yang menentang praktek-praktek adipati. Menjelang akhir masa
jabatannya yang cuma berlangsung tiga bulan Havelaar
--berdasarkan infonya. Slottering - menuduh bupati sebagai
pembunuh, lewat racun pada makanan.

; Dan inilah cara sutradara Fons Rademaker memperkenalkan
Havelaar. Di atas perahu yang berlayar dari Manado ke pulau
Jawa, Havelaar beserta keluarganya kelihatan santai. Di laut
yang dilayarinya, terlihat sejumlah ikan hiu. Tiba-tiba anjing
kecil…

Keywords: -

---

Foto Terkait