Kabinet dari Proklamasi

Edisi: 34/33 / Tanggal : 2004-10-24 / Halaman : 33 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , ,


Redaksi Tempo mendaftar sejumlah nama yang dipandang layak duduk di kursi menteri. Mengutamakan meritokrasi, mengabaikan kans dan dukungan politik.

DARI Cikeas ketegangan itu merambat ke Proklamasi. Di rumahnya di kawasan Bogor, Jawa Barat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengernyitkan kening mencari orang yang cocok untuk masuk ke kabinetnya. Di kantor Tempo di kawasan Menteng, Jakarta itu, Selasa malam pekan lalu, tiga panelis--Faisal Basri (ekonom), Saiful Mujani (pengamat politik), dan Mudji Sutrisno (agamawan)--bersama belasan awak redaksi bersilang kata dalam menyusun nama orang yang dipandang layak masuk kabinet. Bukan untuk menyaingi Presiden Yudhoyono, tapi sekadar urun rembuk. Dan tak mudah ternyata. "Seperti sedang ujian doktoral," kata Saiful Mujani sambil menyeruput tehnya.

Dibuka dengan santapan Jepang siap saji, diskusi sepanjang tiga jam itu di-mulai dengan penyusunan kriteria. Mudji mensyaratkan calon menteri mestilah orang-orang yang dapat menjaga kontinuitas slogan Yudhoyono sebagai presiden yang pro-perubahan. Kandidat yang dinilai pro-status quo--terutama dalam ide--dicoret dari daftar. Bukan berarti menteri lama tak boleh masuk, tapi track record-nya diperiksa. "Yang itu jangan. Dia hanya mengandalkan posisinya sebagai pendukung Yudhoyono," kata seorang redaktur. Faisal Basri adalah panelis yang paling bersemangat ketika diminta memeriksa masa lalu seorang calon. Meski begitu, kami tak mau merasa paling tahu: boleh jadi ada saja cacat masa lalu kandidat yang tak terbaca.

Saiful mengusulkan dukungan politik. Argumennya, dengan dukungan yang cukup, terutama dari partai politik dan organisasi massa, SBY bisa nyaman bekerja karena tidak akan direcoki parlemen. Tapi persoalan muncul begitu kami masuk ke nama kandidat. Pada beberapa pos menteri, kandidat tanpa dukungan politik tak terhindarkan, terutama karena keahliannya tak diragukan. Mereka yang masuk kelompok ini antara lain Satya Arinanto (ahli hukum UI), Eko…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…