Biang Malapetaka Columbia

Edisi: 50/31 / Tanggal : 2003-02-16 / Halaman : 52 / Rubrik : ILT / Penulis : Nurkhoiri, ,

DI ujung langit, 28 Januari 2003. Sebuah pesawat ulang-alik Amerika Serikat yang membawa tujuh astronaut melayang dengan anteng. Berada pada ketinggian ratusan kilometer dari permukaan bumi, ketujuh astronaut itu sedang mengheningkan cipta. Mereka mengenang tujuh antariksawan yang tewas bersama hancurnya pesawat ulang-alik Challenger tepat 17 tahun silam. Tewasnya tiga awak Apollo I pada 27 Januari 1967 pun diingatnya lagi. ”Dedikasi mereka telah memberikan inspirasi kepada kita,” ujar Rick D. Husband kepada enam kawannya, lirih.

Rick Husband sama sekali tidak menyangka nasib dirinya dan kawan-kawannya akhirnya seperti awak Challenger dan Apollo I. Tragedi datang empat hari kemudian, 1 Februari lalu, saat pesawat ulang-alik Columbia yang dikendalikannya hendak mendarat ke bumi. Ketika menerobos amosfer, pada ketinggian 122 kilometer di atas Hawaii, keadaan pesawat masih mulus. Selang 41 menit, sekitar pukul 9 pagi, pada ketinggian 62 kilometer, pengendali di Houston mengirim pesan tentang tekanan roda. Husband sempat menjawab pesan ini, tapi tiba-tiba komunikasi terganggu. ”Roger, roger..., uh...,” akhirnya komunikasi benar-benar terputus buat selamanya.

Pesawat Columbia telah meledak. Reruntuhannya tersebar di kawasan Texas dan Louisiana. Tubuh Husband dan enam rekannya, William McCool, Kalpana Chawla, Laurel Blair Salton Clark, Michael Anderson, David Brown, dan astronaut pertama Israel, Ilan Ramon, pun hancur berkeping-keping. Kini puing-puing pesawat Columbia jadi rebutan banyak orang, sampai-sampai ada…

Keywords: -

---

Foto Terkait