Ledakan Phk Di Depan Mata
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-04-11 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :
SUDAH sepekan lebih bengkel PT Ganding Toolsindo di Bekasi, Jawa Barat, lengang. Seratusan karyawan dirumahkan dari workshop bahan setengah jadi knalpot sepeda motor tersebut. Kontrak beberapa pegawai yang habis tak diperpanjang. Sejak Jumat, 3 April lalu, industri kecil-menengah (IKM) pemasok suku cadang pabrik otomotif itu benar-benar stop berproduksi. “Tidak ada pekerjaan lagi. Paling tinggal satu-dua orang (tetap bekerja) untuk pemeliharaan dan bersih-bersih,” pemilik bengkel, Wan Fauzi, menuturkan kepada Tempo, Selasa, 7 April lalu. Penghentian kegiatan itu bermula dari pengumuman PT Sakura Java Indonesia, perusahaan pemasok suku cadang untuk PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), dua hari sebelumnya. Sakura Java meminta semua vendor menghentikan pengiriman segala jenis barang. Penyebabnya, pabrik Yamaha Indonesia Motor memutuskan akan menyetop produksi selama dua pekan lebih hingga Ahad, 19 April mendatang. Bukan hanya bengkel Fauzi yang gelagapan. Rantai pasok komponen di industri kendaraan bermotor cukup panjang. Beroperasinya satu pabrik besar akan disokong beberapa pemasok suku cadang—biasanya terafiliasi dengan induk pemegang merek. Selanjutnya, pabrik komponen berjejaring dengan ratusan—di industri mobil bahkan bisa ribuan—vendor yang kebanyakan berada di skala IKM. Wan Fauzi, yang juga Ketua Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif, menyebutkan sedikitnya 60 anggota asosiasinya sekarang minim pesanan produksi, bahkan tak mendapat sama sekali. “Beberapa anggota ada yang masih punya garapan dari agen pemegang merek lain, seperti Honda. Itu pun order tinggal 30-an persen,” ujarnya.
Pengemudi ojek daring menerima bantuan sembako dari Presiden Joko Widodo di Terminal Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, 9 April lalu./ANTARA/Arif Firmansyah
Industri kendaraan bermotor memang tengah lesu darah sejak virus corona mewabah. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia memperkirakan penjualan tahun ini bisa merosot 25-30 persen dari target awal menyamai capaian tahun lalu sebanyak 6,4 juta unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia juga memprediksi penjualan mobil hanya akan berkisar 600 ribu unit, anjlok hampir 50 persen dibanding 2019. Suramnya penjualan, ditambah imbauan pemerintah agar pengusaha menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19, memaksa YIMM menghentikan produksinya. Executive Vice President Director PT YIMM Dyonisius Beti mengatakan kinerja penjualan pada pekan keempat Maret lalu anjlok hingga 40 persen dibanding bulan sebelumnya. “Pandemi telah menggeser perilaku konsumen untuk memprioritaskan kebutuhan utama saat ini, yakni pangan dan kesehatan,” ujarnya, Rabu, 8 April lalu. Kini, sekitar 18 ribu karyawan yang berkaitan langsung dengan pabrik diliburkan. Pegawai kantor pusat YIMM juga telah bekerja dari rumah secara bergiliran. Penghentian operasi pabrik ini juga berdampak terhadap nasib sekitar 250 ribu pekerja yang tak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi. Kategori ini mencakup distributor (dealer), perusahaan pembiayaan (leasing), hingga IKM pemasok suku cadang seperti milik Wan Fauzi. Industri otomotif hanya satu dari sejumlah kluster industri manufaktur yang terpaksa merumahkan pekerjanya akibat lesunya bisnis di masa pandemi. Kondisi industri tekstil, yang setahun terakhir bersaing dengan produk impor yang membanjir, misalnya, tak lebih baik. Arus kas banyak perusahaan tekstil makin berdarah-darah akibat turunnya permintaan, penangguhan dan pembatalan pesanan, juga merosotnya tingkat utilitas pabrik seiring dengan penerapan aturan jaga jarak atau social distancing. PT Citra Sandang Textile atau Cisatex salah satunya. Sempat menerapkan skema kerja “tiap tiga”, yakni tiga hari berproduksi kemudian tiga hari berhenti, pabrik yang berlokasi di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ini praktis mati suri sejak tiga pekan lalu. Sebanyak 50-an pekerja telah dirumahkan, tersisa segelintir buruh yang kini beralih membuat masker. “Menghabiskan barang yang tersisa saja,” ucap Agus Ruslan, bos Cisatex, Rabu, 8 April lalu.
Keywords: PHK, Covid-19, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…