Tak Ada Karpet Merah Di Cannes

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-06-20 / Halaman : / Rubrik : LAY / Penulis :


AKHIR musim semi di Eropa biasanya menjadi penanda bagi pencinta sinema untuk mengarahkan mata ke Palais des Festivals et des Congrès di Cannes, Prancis, tempat salah satu festival film terbesar sejagat, Festival de Cannes, biasa digelar. Baru saja tahun lalu festival ini memberikan kemenangan penting kepada film Parasite (Bong Joon-ho), yang akhirnya melaju mulus menjadi film terbaik Academy Awards. Namun, berselang beberapa pekan saja setelah Bong mengangkat Piala Oscar, penyelenggara festival Cannes mengumumkan pembatalan acara yang sedianya bergulir pada 12-23 Mei tahun ini. Sepanjang 72 tahun sejarahnya, baru sekali saja penghentian seperti ini terjadi, yaitu pada Paris Riots 1968. Kali ini karpet merah Cannes urung digelar karena pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19.
Terpisah di belahan bumi lain, Sydney Film Festival yang biasa berlangsung pada awal Juni juga tak bisa terlaksana. Di New York, Amerika Serikat, Tribeca Film Festival—yang telah menetapkan 15-26 April sebagai waktu acara—turut mengumumkan pembatalan. Sementara itu, festival-festival yang berlangsung pada akhir tahun, seperti Venice dan Toronto International Film Festival, masih menunda keputusan untuk membatalkan agenda. Namun penyelenggara memastikan, jika pun festival terlaksana, protokol kesehatan ketat akan diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Awan kelabu yang menutupi komunitas sinema dunia itu akhirnya sedikit terkuak ketika produser Jane Rosenthal dan aktor Robert De Niro—keduanya adalah penggagas Tribeca Film Festival—mengupayakan sebuah festival film daring (online) yang dapat diakses siapa saja dari rumah. Pada 29 Mei-7 Juni lalu, We Are One: A Global Film Festival terwujud. Rosenthal dan De Niro menggandeng YouTube sebagai saluran penayang film-film terpilih dan melibatkan 21 film festival sedunia sebagai kurator bersama dalam festival tersebut.

Adegan dari film Beyond The Mountain./imdb
Dalam sebuah siaran pers, Rosenthal mengatakan semangat We Are One sama dengan semangat Tribeca Film Festival yang dia mulai seusai peristiwa 11 September 2001, yaitu menyatukan kembali komunitas yang luluh-lantak karena tragedi. “Saat ini kita semua berhadapan dengan macam-macam kehilangan. Robert De Niro dan saya kemudian menghubungi Cannes, Venice, Toronto, Mumbai, London, dan Tokyo Film Festival, semuanya berkata, ‘Ya’,” tutur produser The Irishman ini. “Lalu kami mengajak YouTube dan lima pekan kemudian kami sudah punya 100 jam konten serta program untuk ditayangkan di festival. Sungguh ajaib.”
Keajaiban lain yang diciptakan Rosenthal adalah membuat festival film yang biasanya lekat dengan citra penayangan eksklusif justru bekerja sama dengan platform video seakbar YouTube. Chief Business Officer YouTube Robert Kyncl menyatakan YouTube mendukung penuh We Are One karena festival ini memiliki kemampuan super untuk mengumpulkan penduduk dunia di sebuah momen istimewa dalam sejarah lewat film. “Salah satu hal indah tentang film dan konten visual lainnya adalah kemampuan bercerita dan menyatukan orang-orang di mana pun mereka berada,” kata Kyncl dalam siaran pers. “Kami di YouTube melihat fenomena ini setiap hari, tapi apa yang terjadi belakangan membuat kebutuhan untuk terhubung dan mencari hiburan makin intens.”
Laporan setelah We Are One rampung menyebutkan festival ini ditonton lebih dari 1,6 juta pengunjung unik. Penonton terbanyak berasal dari Jepang, India, Amerika Serikat, Brasil,…

Keywords: Festival FilmYouTubeCannes Film Festival
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…