Tokoh Pejuang Obat Modern Asli Indonesia Perjuangkan Masuk Jkn
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-02-27 / Halaman : / Rubrik : IT / Penulis :
KEMANDIRIAN farmasi nasional adalah salah satu visi Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Namun hingga lima tahun berjalannya instruksi tersebut, Indonesia masih mengimpor bahan baku obat dalam jumlah besar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor produk farmasi Indonesia meningkat USD 148,6 juta atau 133,78 persen pada awal tahun 2021. Di tengah tingginya nilai impor produk farmasi, sejumlah tokoh dari beragam latar belakang terus aktif memperjuangkan kemandirian farmasi nasional lewat pengembangan obat modern asli Indonesia (OMAI).
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, OMAI dapat menjadi masa depan farmasi nasional. Ia bercerita, pada 10 tahun silam keberadaan obat bahan alam masih dipandang sebelah mata di Cina karena belum adanya riset yang lengkap. Namun, berkat keseriusan dalam melakukan penelitian, obat herbal buatan Cina kini diterima di banyak negara.
“Mereka terus mengembangkan riset di bidang farmasi dengan berbasis herbal,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Bambang mengakui, proses pengembangan OMAI untuk menuju kemandirian farmasi Indonesia bukan tanpa hambatan. Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat penelitian obat herbal stagnan. Salah satunya adalah tidak masuknya OMAI dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga pemanfaatannya oleh masyarakat jadi terbatas.
Ia mengatakan, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 54 tahun 2018 tidak mencantumkan OMAI dalam Formularium Nasional JKN. Terhambatnya pemanfaatan OMAI ini jadi penyebab tidak tercapainya percepatan kemandirian bahan baku obat dalam negeri. Ketidakpastian soal penyerapan produk, menurut Menteri Bambang, membuat investor enggan berinvestasi di bidang pembuatan OMAI.
“Kalau prospek pasarnya terbatas hanya untuk pembelian pribadi, tidak menjanjikan, karena biaya riset dan uji klinisnya mahal,” ucapnya.
Keterlibatan dokter…
Keywords: inforial, 
Rp. 15.000
Foto Terkait
Artikel Majalah Text Lainnya
S
I
P