Teroris Milenial Dan Serigala Penyendiri
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-04-03 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :
ENAM bulan terakhir, Muhammad Lukman Alfarizi berjualan kebab dan minuman kemasan hampir setiap hari. Aktivitas pria 25 tahun itu tak terlihat mencurigakan di mata tetangganya. Pemuda lulusan sekolah menengah atas tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di warung yang luasnya sekitar dua meter persegi.
Warung bernama Alfarizi itu terletak di Jalan Tinumbu 1, Lorong 132, Kecamatan Bontoala, Makassar. Lukman tinggal di tempat indekos bersama istrinya, Yogi Safitri Fortuna alias Dewi Juwariya, yang lebih muda tiga tahun, beberapa ratus meter dari warung. “Tiap waktu salat tiba, dia meninggalkan warungnya untuk berjemaah di masjid,” kata Mahmud, tetangga Lukman, pada Kamis, 1 April lalu.
Mahmud tumbuh di lingkungan yang sama. Menurut dia, Lukman sempat menjadi makelar jual-beli sepeda motor. Ia mencari nafkah dari Warung Alfarizi setelah menikah sekitar enam bulan lalu. Mahmud mengatakan Lukman terlihat makin pendiam dan tak bergaul dengan warga Lorong 132 setelah menikah.
Para tetangga tak pernah melihat istri Lukman di rumah kos-kosan, juga di kediaman mertuanya. Padahal rumah orang tua Lukman tak jauh dari kos-kosan itu. “Dia baru tiga bulan tinggal di kos-kosan. Sebelumnya, Lukman tinggal sama mamanya, tapi katanya sering berantem,” ujar Mahmud.
Ia terakhir kali melihat Lukman pada Ahad, 28 Maret lalu, sekitar pukul 10.15 Wita. Lukman terlihat menunggangi sepeda motor matik berkelir oranye dengan memboncengkan Dewi, yang dikabarkan sedang hamil empat bulan.
Saat ditinggalkan pemiliknya pergi, pintu Warung Alfarizi yang terbuat dari seng bercat hijau terlihat tertutup rapat. “Saya tidak begitu memperhatikan. Hanya tahu motornya, ‘Oh, itu Lukman,’” ucap Mahmud. “Dia hanya senyum kalau berpapasan dengan warga.”
Polisi memasang garis saat menutup akses menuju rumah terduga teroris setelah penggerebekan di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Bulurokeng, Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Rabu, 6 Januari 2021. Antara/Arnas Padda
Tak satu pun tetangga yang menyangka kepergian Lukman dan Dewi pada Ahad itu untuk meledakkan bom di Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus, yang dikenal dengan sebutan Gereja Katedral Makassar. Jarak tempat tinggal Lukman dengan gereja sekitar 2,5 kilometer, yang bisa ditempuh dalam lima menit mengendarai sepeda motor.
Akibat bom itu, sekitar 20 anggota jemaat dan petugas keamanan gereja terluka. Pintu gerbang, kendaraan, dan kaca hotel di sekitar gereja rusak diterpa ledakan. Lukman dan Dewi tewas seketika. Sepeda motornya hangus.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Lukman dan Dewi menggunakan bom panci. Mereka diduga akan…
Keywords: BNPT, Front Pembela Islam | FPI, Teroris Alumni Afganistan, Bom Makassar, Bom di Gereja, Bom bunuh diri, Terorisme, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…