Musim Gandrung Koin Kripto

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-05-22 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


DI pasar modal, ketika harga-harga saham sedang jatuh, yang biasa dilakukan investor pemula adalah segera menjual koleksi sahamnya. Strategi itu bertujuan menghindari kerugian lebih besar. Tapi, bagi investor kawakan, momen kejatuhan harga malah menjadi ajang memborong saham.
Begitu pula yang terjadi di pasar kripto yang kini tengah dipenuhi kejatuhan harga sejumlah aset ternama. Sebagian pemilik aset kripto—di Indonesia totalnya mencapai 5,6 juta orang—memilih aksi jual. Sebagian lain yang berkantong tebal justru menyerok kripto.
Namun Irwan Bajang memilih strategi bertahan. Penyair sekaligus pengusaha yang tinggal di Yogyakarta ini tidak menjual, tidak pula membeli koin kripto. “Masih ada (setara) Rp 10-an juta di pasar. Untuk memantau pasar saja itu,” kata Irwan pada Jumat, 21 Mei lalu.
Irwan tergolong beruntung. Dua hari sebelum Lebaran lalu, dia sudah menguangkan sebagian besar koleksi kriptonya seperti binance coin, ethereum, dan uniswap. Sebagian kecil berupa polkadot, cardano, ethereum classic, dan bitcoin cash.
Selain karena ada kebutuhan untuk tunjangan hari raya, Irwan yakin harga kripto biasanya jatuh pada hari besar keagamaan atau kebudayaan di seluruh dunia. Seperti fenomena kejatuhan harga kripto setiap Imlek. “Orang banyak menarik duit. Saat Idul Fitri pasti akan turun juga. Belajar dari beberapa teman dan artikel, lebih baik mundur dari pasar dulu,” ucap Irwan.
Tepat pada Idul Fitri, 13 Mei 2021, atau sehari sebelumnya waktu Amerika Serikat, rentetan kejatuhan harga kripto dimulai. Elon Musk, Chief Executive Officer Tesla Inc, mengumumkan di akun Twitter-nya bahwa perusahaannya yang mengembangkan mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat itu telah menangguhkan kebijakan perusahaan menerima bitcoin sebagai alat pembayaran dalam pembelian Tesla.
Kebijakan itu diambil karena Tesla merasa khawatir akan peningkatan pesat konsumsi listrik berbahan bahan bakar fosil—terutama batu bara—dalam rantai proses penambangan dan transaksi bitcoin. “Mata uang kripto adalah ide bagus di banyak level dan kami percaya ini punya masa depan yang menjanjikan, tapi tidak boleh merugikan lingkungan,” bunyi pernyataan yang dicuitkan Elon Musk.
Teorinya, bitcoin dicetak melalui pemecahan teka-teki komputer yang makin rumit dalam teknologi blockchain—sistem penyimpanan data berupa sejumlah blok yang saling terhubung oleh kriptografi. Proses memecahkan soal matematika yang disebut dengan menambang (mining) ini membutuhkan daya komputasi yang besar. Penambang yang sukses mendapat koin bitcoin.
Bitcoin telah mengumumkan koin yang akan dicetak maksimal sebanyak 21 juta. Kini sudah ada 18,7 juta koin tertambang. Di seluruh dunia, penambangan sisa 2,3 juta koin bitcoin menjadi perlombaan gila-gilaan dan menyedot konsumsi listrik yang luar biasa.
Dikutip dari The Guardian, Cambridge’s Centre for Alternative Finances memperkirakan konsumsi listrik untuk penambangan dan transaksi bitcoin mencapai 115 terawatt-jam (tWh) per tahun. Satu transaksi bitcoin memiliki jejak karbon yang sama dengan 680 ribu transaksi Visa atau 51.210 jam menonton YouTube.
Riset lain menyebutkan konsumsi listrik rantai bisnis bitcoin sudah mencapai 121,36 tWh, lebih tinggi dari konsumsi listrik Argentina, Belanda, dan Uni Emirat Arab. Sebanyak 65 persen penambangan bitcoin diperkirakan berlangsung di Cina, yang bergantung pada sumber energi tidak terbarukan. Sebanyak 58 persen kebutuhan listrik Cina berasal dari pembangkit batu bara.
Pada 12 Mei 2021, harga bitcoin masih US$ 56.928. Sehari setelahnya, gara-gara kicauan Elon Musk tersebut, harga bitcoin langsung longsor menjadi US$ 50.004 per koin. Kejatuhan harga bitcoin tak berhenti. Sempat naik, harga bitcoin hingga Sabtu siang, 22 Mei lalu, tercatat di kisaran US$ 37.339. Makanya pemilik bitcoin hari-hari ini seperti berada di atas kereta luncur yang sedang menurun dan belum tahu kapan lagi akan bertemu dengan tanjakan.
Rontoknya bitcoin mempengaruhi pasar aset kripto global. Harga koin digital alternatif ikut terseret kejatuhan bitcoin, yang mendominasi kapitalisasi pasar aset kripto. Nilai ethereum yang sempat mencapai US$ 4.295 per koin pada 12 Mei lalu, misalnya, tinggal US$ 2.266 per koin pada Sabtu siang, 22 Mei. Demikian pula XRP (Ripple), yang harganya terjerembap di…

Keywords: Otoritas Jasa Keuangan | OJKekonomi digitalKeuangan DigitalCrypto CurrencyCrypto in Indonesia
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…