Nahdliyin Ketinggalan Kereta

Edisi: 37/48 / Tanggal : 2019-11-10 / Halaman : 34 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Hussein Abri Dongoran, Budiarti Utami Putri, Egi Adyatama


SAID Aqil Siroj mengisahkan dua tokoh Nahdlatul Ulama, Mohammad Hasyim Asy’ari dan Mahrus Ali, dalam acara doa bersama “Untuk Indonesia Aman dan Damai” di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Rabu, 30 Oktober lalu. Menurut Ketua Umum PBNU itu, saat masih hidup, Kiai Hasyim dan Kiai Mahrus menampik jabatan yang ditawarkan pemerintah.

Hasyim Asy’ari menolak menjadi Menteri Agama pada masa awal kemerdekaan. Pendiri NU itu menyorongkan tawaran tersebut kepada putranya, Abdul Wahid Hasyim. Sedangkan Mahrus Ali, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, mengelak ketika ditawari menjadi anggota Konstituante pada 1955. “Para kiai zaman dulu dikasih jabatan menolak. Kalau sekarang?” ujar Kiai Said.

Hadirin menjawab ucapan Said dengan aneka celetuk, termasuk mengaitkannya dengan posisi menteri di Kabinet Indonesia Maju yang dibentuk Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Said berpesan kepada warga nahdliyin agar tidak berkecil hati jika tidak mendapat kursi di pemerintah. Ia mengingatkan para santri bahwa di pesantren tidak diajarkan merengek minta jabatan.

Menurut Said, sejarah mencatat banyak ulama yang ikut berjuang sampai berdarah-darah tidak mendapatkan apa-apa. “Yang tidak berdarah-darah malah menikmatinya,” ucap pengasuh Pondok Pesantren Kempek di Cirebon, Jawa Barat, ini.

Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU Misbahul Munir mengatakan Said berceramah dalam acara tersebut untuk meredakan kekecewaan warga NU karena tidak ada menteri dari NU di Kabinet Indonesia Maju. “Biar tenang,” ujarnya, Rabu, 30 Oktober lalu. Misbahul juga hadir dalam acara doa bersama tersebut.

Sepekan sebelumnya, sejumlah pengurus teras PBNU meriung di ruangan Said Aqil Siroj di lantai tiga gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta. Hari itu, Presiden Jokowi baru saja mengumumkan susunan kabinetnya. Dalam pertemuan tersebut, salah seorang yang hadir mengungkapkan kekecewaannya lantaran dari 34 menteri Jokowi tidak ada satu pun yang mewakili NU. Mereka…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…