Cokelat Di Kebun Sawit, Loreng Di Ladang Tambang
Edisi: 07/47 / Tanggal : 2018-04-15 / Halaman : 30 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Wayan Agus Purnomo, Raymundus Rikang, Diananta Putra Sumedi
FOTO Effendy Tios berdiri berdampingan dengan Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Syafruddin terpacak di dinding kantor PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Syafruddin mengenakan seragam polisi, sedangkan Effendy memakai batik lengan panjang. Tak tersungging senyum di bibir mereka. Sebagaimana Syafruddin, air muka Effendy tak beriak.
Dicetak rangkap, potret tersebut dipasang di dua ruang pertemuan. Satu digantung di ruang rapat lantai dasar kantor SILO. Satu lagi dipajang di ruang rapat yang lebih luas di lantai dua gedung itu.
Foto itu merekam hubungan Effendy dan Syafruddin. Di SILO, Effendy menjabat wakil direktur utama sekaligus pemilik sebagian saham perusahaan itu. Ia pernah meminta tolong Syafruddin menengahi konflik SILO dengan pengusaha tambang Kalimantan Selatan, Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam.
Setelah Lebaran tahun lalu, Effendy dan Syamsuddin bertemu di rumah dinas Syafruddin di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menurut Effendy, dalam pertemuan tersebut Syamsuddin mengutarakan sejumlah permintaan agar tambang grup SILO di Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan, bisa beroperasi. Di antaranya, kata Effendy, Syamsuddin meminta sebuah helikopter senilai Rp 200 miliar. "Pokoknya minta bagilah. Kayak preman begitu," ujar Effendy, Senin pekan lalu.
Grup SILO adalah salah satu pemilik konsesi batu bara di Pulau Laut. Lewat tiga anak usahanya, yakni PT Sebuku Tanjung Coal, PT Sebuku Batubai Coal, dan PT Sebuku Sejaka Coal, SILO menguasai 22 ribu hektare lahan. Meski sudah mengantongi izin sejak 2010, perusahaan itu baru merencanakan beroperasi pada tahun lalu.
Pada 2010, Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkaji kandungan batu bara di Pulau Laut. Satgas memperkirakan cadangan batu bara di dalam perut pulau di sebelah timur Kalimantan Selatan itu mencapai 100 juta metrik ton. Cadangan ini bisa ditambang selama 40-50 tahun ke depan.
Di Pulau Laut, lahan SILO bersebelahan dengan kebun PT Multi Sarana Agro Mandiri (MSAM) milik Syamsuddin melalui Jhonlin Group. Berkongsi dengan PT Inhutani…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…