NAHUM SITUMORANG: KOMPONIS LAPO TUAK YANG DILUPAKAN

Edisi: 08/47 / Tanggal : 2018-04-22 / Halaman : 44 / Rubrik : LAY / Penulis : Prihandoko, Iil Askar Mondza,


TAK banyak yang mengenal Nahum Situmorang (1908-1969). Minimnya tulisan—literatur dan penelitian—tentang dia menjadi salah satu penyebabnya. Padahal Nahum adalah seorang komponis legendaris Batak yang rajin membuat karya. Lebih-kurang 200 lagu ia ciptakan semasa hidupnya. Dan kebanyakan karyanya dia ciptakan di lapo-lapo tuak. Sampai sekarang, di banyak lapo tuak di Medan, karya Nahum sering dinyanyikan meski ironisnya banyak yang tak tahu bahwa itu buah ciptanya. Lagu seperti Situmorang Nabonggal, Bulan Pardomuan, Pulo Samosir, dan Lissoi adalah karya Nahum yang di masyarakat Batak lebih terkenal daripada dirinya sendiri.

Pada 1920-an, lagu ciptaan Nahum terpilih menjadi juara kedua sayembara lagu
kebangsaan Indonesia. Juara pertamanya Indonesia Raya karangan W.R. Supratman. Sayang, lagu kebangsaan bikinan Nahum tak tercatat dan tersimpan dengan baik hingga akhirnya menghilang. Untuk mengenang kiprahnya, komunitas seniman Sumatera Utara menggelar peringatan 110 tahun Nahum Situmorang di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pertengahan Februari lalu.

SUARA lelaki bernyanyi menggema di ruangan berukuran 20 x 40 meter.
Asalnya dari sejumlah pengeras suara yang terhubung dengan perangkat video
compact disc (VCD). Berirama musik cha-cha, lagu berbahasa Batak yang
dibawakannya terdengar penuh semangat. Pada Kamis ketiga Maret lalu, sekitar 30 orang di Lapo Tarigan, Jalan T.B. Simatupang, Medan, itu terlihat ikut bernyanyi sambil sesekali meminum tuak di gelas masing-masing. ”Situmorang...
Situmorang... Situmorang... Parruderude i Tahe...,” kata mereka, berbarengan.

Lagu yang kompak mereka nyanyikan itu berjudul Situmorang Nabonggal.
Ia merupakan salah satu lagu karya komponis legendaris Batak, Nahum Situmorang, yang diperdengarkan di Lapo Tarigan. Selain Situmorang Nabonggal, lagu Nahum yang diputar antara lain Bulan Pardomuan, Pulo Samosir, dan Lissoi.
Lewat rekaman suara penyanyi yang berbeda-beda, lagu-lagu itu berulang kali diputar di lapo tuak tersebut. ”Sejak dulu, lagu-lagu Nahum Situmorang memang sering kami putar,” kata pemilik lapo itu, Logika Tarigan, 39 tahun.

Lagu-lagu ciptaan Nahum ibarat wajib diputar di Lapo Tarigan. Menurut Logika, selain karena sudah menjadi kebiasaan, lagu-lagu Nahum dianggap paling bisa diterima para pengunjung lapo yang kebanyakan orang Batak. ”Jadi sudah akrab
di telinga mereka,” ujarnya. Karena itu, lagu-lagu Nahum hampir tak pernah absen di Lapo Tarigan. Bahkan, ketika lapo tuak itu menghadirkan live music setiap akhir pekan, lagu-lagu Nahum menjadi yang paling laku. ”Lagu Nahum sering diminta pengunjung untuk dinyanyikan.”

Tak hanya di Lapo Tarigan, lagu-lagu Nahum sering diputar di lapolapo tuak lain di Medan. Lapo Manalu di Jalan Wahid Hasyim, Medan, misalnya, juga berulang kali memutarkan lagu-lagu Nahum melalui perangkat VCD dan menghadirkannya
lewat live music setiap akhir pekan. Kirmin Sembiring, seorang pengunjung yang sering datang ke Lapo Manalu, mengatakan nyanyian lagu-lagu Nahum seperti menjadi rutinitas setiap ia datang ke lapo tuak itu. ”Lagu-lagu Nahum sering diputar di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…