Marilah Mengunjungi Healing Garden
Edisi: 12/47 / Tanggal : 2018-05-20 / Halaman : 38 / Rubrik : LAY / Penulis : Shinta Maharani , ,
TERUMBU karang cantik berwarna-warni mencolok itu seperti sedang melambai-lambai tersapu air laut. Benda-benda berbahan benang rajut itu membentuk
pulau-pulau. Serombongan ikan mini beterbangan, berkumpul hilir-mudik. Seekor paus buatan berupa kerangka berwarna putih teronggok berselimut terumbu karang. Kehidupan bawah samudra itu berpayung benda raksasa berbentuk berlian yang terbuat dari ram plat besi dilapisi plastik kaca film.
Perupa Mulyana menyulap halaman Jogja National Museum menjadi dunia bawah
laut penuh terumbu karang, ikan, dan rumput laut. Rajutan benang raksasa ciptaan seniman asal Bandung itu menjadi karya utama dalam ArtJog yang digelar di Jogja National Museum, Yogyakarta, sepanjang 4 Mei-8 Juni 2018. Bursa pasar seni rupa yang berlangsung untuk ke-11 kalinya itu mengambil tema âââ¬ÃÂPencerahan: Menuju Berbagai Masa Depanâââ¬ÃÂ. âââ¬ÃÂPencerahan sesuai dengan
perhatian pemerintah terhadap pantai, pesisir, bandara, dan pelabuhan,âââ¬Ã kata kurator.
ArtJog, Bambang âââ¬ÃÂTokoâââ¬Ã Witjaksono. ArtJog tahun ini melibatkan 54 seniman dari Indonesia dan mancanegara yang menyuguhkan karya patung, lukisan, dan
seni instalasi. Pasar seni rupa ini juga berinovasi dengan memperkuat konsep seni
pertunjukan yang sudah dimulai pada tahun lalu. Mereka memiliki kurator untuk
setiap seni pertunjukan, seni tari, dan teater harian yang digelar selama ArtJog berlangsung. Djaduk Ferianto bertugas mengkurasi musik, sedangkan Bambang Paningron menjadi kurator seni tari. Tahun lalu, ArtJog belum punya kurator seni pertunjukan harian.
Seperti tahun sebelumnya, berbagai pameran di ratusan galeri di Kota Gudeg dalam kemasan Jogja Art Weeks turut meramaikan hari raya seni rupa Yogyakarta. Setidaknya ada 105 pameran di Yogyakarta selama sebulan ini. Pasar seni rupa yang dikomandoi Heri Pemad ini menelan anggaran Rp 6-7 miliar atau naik dibanding tahun lalu, yang sebesar Rp 5 miliar. âââ¬ÃÂPenyediaan infrastruktur, di antaranya panggung pertunjukan, paling banyak menyedot duit,âââ¬Ã ujar Bambang.
Karya rajutan Mulyana menyambut pengunjung di bagian depan halaman Jogja
National Museum. Dalam penggarapannya, karya berjudul Sea Remembers itu
menggunakan pendekatan seni kriya. Ia melibatkan 70 ibu-ibu perajut sebagai artisan untuk membantunya. Waktu pengerjaannya lima bulan. âââ¬ÃÂSaya terkesima oleh keguyuban ibu-ibu di Yogyakarta dan mereka punya jiwa tolong-menolong yang kuat,âââ¬Ã ujar perupa kelahiran Bandung pada 1984 ini.
Ibu-ibu itu merajut dan menjahit benang-benang di rumah masing-masing. Mulyana dibantu ibu-ibu yang menjadi koordinator untuk mengumpulkan hasil rajutan mereka. Lalu ia berkeliling mengambil hasil rajutan dengan mendatangi ibu-ibu yang tinggal di Jalan Kaliurang, Minomartani, Condong Catur, dan Sorogenen.
Mulyana mulai berkenalan dengan ibu-ibu perajut sewaktu dia datang ke Yogyakarta pertama kali pada 2014. Ia aktif datang ke Festival Kesenian Yogyakarta dan melihat ada banyak potensi seni dalam acara tersebut. Dari Festival Kesenian itu, ia tergerak untuk bekerja sama dengan ibu-ibu tersebut. âââ¬ÃÂSpirit kebersamaan bersama ibu-ibu paling penting dalam karya ini. Bagi saya, kerja bareng itu barokah,âââ¬Ã kata Mulyana.
Sea Remembers menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliar, yang dia peroleh dari bantuan Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). Mulyana menyebutkan tema bawah laut dalam…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…