Misi Ganda Medan Merdeka

Edisi: 40/48 / Tanggal : 2019-12-01 / Halaman : 88 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Khairul Anam., Retno Sulistyowati,


DALAM dua hari, jabatan berbeda diemban Fajar Harry Sampurno. Pada Senin pagi, 18 November lalu, pria 53 tahun ini masih mengikuti rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian sebagai Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Esok harinya, dia duduk di meja jajaran direksi perusahaan pelat merah yang dikumpulkan Menteri BUMN Erick Thohir di Mandiri Club, Jakarta Selatan.

Siang itu, Selasa, 19 November lalu, Fajar telah dicopot dari jabatan deputi kementerian dan beralih menjadi Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero). Fajar menanggapi santai soal kedudukannya yang “melorot” itu. “Aku ini sudah 17 kali pindah, jadi direktur juga pernah. Jadi sudah biasa,” katanya saat ditemui di sebuah kafe di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis malam, 21 November lalu.

Posisi baru Fajar memang tak begitu buruk. Empat tahun terakhir, Barata Indonesia lepas dari kubang kerugian. Laba perseroan tercatat merangkak naik saban tahun hingga mencapai Rp 67,5 miliar pada 2018. Dengan aset hanya senilai Rp 4,57 triliun, Barata juga digadang-gadang menjadi korporasi besar yang akan menaungi rencana pembentukan induk perusahaan (holding) BUMN industri alat berat. Itu sebabnya bos perusahaan ini turut dipanggil Menteri Erick dalam persamuhan di Mandiri Club, yang hanya mengundang 32 BUMN jumbo.

Namun perombakan di tubuh Kementerian BUMN ini tak biasa lantaran tujuh pejabat eselon I dipangkas habis secara bersamaan. Enam pejabat lain yang terpental adalah Sekretaris Kementerian Imam Apriyanto Putro, Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Hambra Samal, Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Wahyu Kuncoro, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Aloysius Kiik Ro, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Gatot Tri Hargo, serta Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan, dan Pariwisata Edwin Hidayat Abdullah. Mereka “dilempar” ke enam BUMN sebagai wakil direktur…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…