Dua Kasus di Balik Air Keras

Edisi: 46/48 / Tanggal : 2020-01-12 / Halaman : 66 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Riky Ferdianto, Mustafa Silalahi, Linda Trianita


BERKEMEJA khusus tahanan warna oranye, Brigadir Rahmat Kadir Mahulette dan Brigadir Satu Ronny Bugis berjalan menuju mobil dengan dikawal polisi, Sabtu, 28 Desember 2019. Hari itu mereka akan dipindahkan dari Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. Tiada yang bertanya, pula mencecarnya, tiba-tiba Rahmat berteriak. “Tolong dicatat! Saya tidak suka sama Novel karena dia pengkhianat!” katanya.

Penyidik menuduh dua anggota Pasukan Gegana Korps Brigade Mobil berusia 29 tahun itu terlibat penyiraman air keras ke wajah penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan. Mereka ditahan sejak Kamis, 26 Desember 2019. Novel diserang seusai salat subuh di masjid dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April 2017.

Anggota tim pengacara Novel, Alghiffari Aqsa, ragu motif serangan Novel hanya didasarkan pada ketidaksukaan. “Masak iya seseorang memiliki dendam lalu menganiaya meski tak saling mengenal?” ujarnya pada Jumat, 3 Januari lalu. Pernyataan Rahmat, kata Alghiffari, justru menimbulkan dugaan adanya skenario memperkecil penyidikan dan membatasi pelaku hanya kepada kedua polisi tersebut.

Pernyataan Brigadir Rahmat seperti membuyarkan hasil kerja tim gabungan pencari fakta kasus Novel selama enam bulan. Dibentuk oleh Kepala Kepolisian RI saat itu, Jenderal Tito Karnavian, pada Januari tahun lalu, tim tersebut berisi 65 orang dengan latar belakang seperti pakar hukum dan pegiat hak asasi manusia. Namun tim tak berhasil mengungkap pelaku penyiraman. Mantan anggota tim yang juga mantan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Ifdhal Kasim, mengatakan timnya mencoba mengidentifikasi wajah pelaku dari keterangan para saksi. Tak ada profil Rahmat dan Ronny. Nama keduanya pun tak pernah muncul saat tim bekerja.

Kendati demikian, tim menyimpulkan ada enam kasus high profile yang berpotensi terkait dengan penyerangan terhadap Novel, yaitu kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP); suap…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…