Hidup Ekonomis Kaum Minimalis
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-05-14 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
TREN hidup minimalis sedang tren di banyak kalangan, seperti Sarah Safira. Lemari pakaian tiga pintu berbahan kayu perempuan 24 tahun itu terlihat lega. Hanya ada sekitar 30 hanger yang nampak menopang kemeja, outer, dan gaun. Pada sisi lain lemari, beberapa potong kaus serta celana berbahan kain dan denim terlipat menumpuk sekitar tujuh-delapan lapis. Jumlah sepatu berbagai model seperti wedges, bot, dan sneakers yang tersimpan juga kurang dari 10 pasang.
Lemari berukuran 170 x 55 x 200 sentimeter Sarah Safira sempat terisi ratusan pakaian dan sepatu. Hingga akhir 2018, tiga daun pintu lemarinya itu bahkan tak bisa menutup rapat karena menyimpan lebih dari 300 potong pakaian dan 100 pasang sepatu.
Setelah mengikuti kampanye dan edukasi Lyfe With Less—gerakan yang mengajak masyarakat hanya memiliki barang secukupnya atau sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan—di media sosial, Sarah mulai mengikis barang-barang pribadinya. Bersama Minimalist Community Indonesia, warga Cimahi, Jawa Barat, ini kemudian mulai melakukan decluttering atau merapikan tempat tinggal dengan menyisihkan barang-barang yang sudah tak digunakan.
“Sudah saya sumbangkan ke warga sekitar rumah. Beberapa lainnya disalurkan melalui acara donasi di organisasi-organisasi sosial,” kata Sarah saat mengobrol secara daring dengan Fransisco Rosarians dari Tempo pada Kamis, 12 Mei lalu.
Pendiri kelas Berbenah Sadis, Rika Subana, 46 tahun. (TEMPO/ ANWAR SISWADI)
Ketertarikan akan gaya hidup minimalis berawal dari kesadarannya tentang dampak sampah plastik dan tekstil bagi kerusakan alam. Hal ini juga yang memicu lulusan Ilmu Manajemen Pemasaran Politeknik Negeri Bandung ini menyusun skripsi bertema eco friendly marketing, awal 2018. Saat itu, dia juga mulai mempelajari sejumlah metode hidup sederhana dari blog dan media sosial, beberapa di antaranya Konmari dan The Minimalist.
Konmari adalah metode beberes tempat tinggal dengan melakukan kategorisasi pada tiap barang dan peralatan rumah tangga. Teknik ini digagas dan dipopulerkan seorang artis dan konsultan tata ruang asal Jepang, Marie Kondo, pada 2014. Adapun The Minimalist adalah gerakan yang diusung dua penulis Amerika Serikat, Joshua Millburn dan Ryan Nicodemus. Meski berbeda, dua gerakan ini sama-sama mendorong pengikutnya melakukan decluttering dan selektif saat membeli barang.
Sebelumnya, menurut Sarah, dia bisa menghabiskan sekitar 25 persen gaji bulanan untuk sekadar membeli sepasang sepatu. Alasannya pun hanya tertarik secara visual dan mengikuti tren terbaru. Kecenderungan ini makin…
Keywords: Media Sosial, Komunitas, Sampah plastik, Pakaian, Tren Hidup Minimalis, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…