Antara Abdi Dalem Cebolan Dan Rumah Farida
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-07-23 / Halaman : / Rubrik : SR / Penulis :
ORANG cebol, kerdil, albino, juga orang-orang bongkok pernah dianggap memiliki kekuatan magis dalam sejarah Keraton Yogyakarta. Mereka disebut abdi dalem Palawija atau abdi dalem cebolan. Dalam ritual-ritual tertentu, mereka sangat dibutuhkan. Khazanah Jawa—seperti tampak dalam dunia pewayangan—sangat memuliakan sosok Punakawan yang memiliki tubuh aneh.
Di kalangan keraton, ada semacam kepercayaan bahwa doa yang dipanjatkan abdi dalem cebolan lebih mudah dikabulkan Ilahi. Misalnya ketika Pangeran Diponegoro pada 1829 mengembara di hutan-hutan wilayah Bagelen untuk menghindari kejaran serdadu Belanda dengan didampingi abdi cebol bernama Banteng Wareng.
Tak hanya di era Mataram, kalangan difabel sebagai penasihat spiritual atau abdi setia juga dikenal jauh sebelumnya pada masa Hindu-Buddha. Relief Candi Singosari dan Majapahit banyak menampilkan karakter bertubuh pendek dan gempal yang tak proporsional. Khazanah kesusastraan mistik Jawa, seperti kakawin dan suluk, juga sering menyinggung sosok cebol. Suluk Wujil, karya tasawuf Sunan Bonang, misalnya, berkisah tentang orang cebol bernama Wujil, abdi kesayangan raja di Majalangu yang mencari rahasia ajaran penyatuan manusia dan Ilahi.
Bahwa orang cebol mendapat tempat spesifik dalam alam pemikiran Jawa, itulah yang hendak disajikan komunitas Jogja Disability Arts (DJA). Lihatlah ruang pamerannya di Jogja National Museum yang dipenuhi gambar sosok “difabel” dari khazanah mitologi dan sejarah Jawa, seperti Bancak-Doyok, Sabda Palon-Naya Genggong, Wujil, dan Banteng Wareng.
DJA beranggotakan beragam penyandang disabilitas, dari daksa, rungu, hingga netra, yang memiliki minat terhadap seni rupa dan musik. “Ternyata difabel sudah dikenal, bahkan punya status dalam masyarakat sejak zaman Jenggala-Singosari,” kata Ketua DJA Sukri Budi Dharma. Dia mengatakan, dalam khazanah literasi Panji, misalnya, dikenal Pangeran Jenggala, Raden Panji Inu Kertapati, memiliki penasihat cebol. “Kalau (difabel) enggak (punya peran) penting, enggak mungkin digambarkan di relief candi, kan?” ucapnya.
Karya perupa Iwan…
Keywords: Pameran Seni, ArtJog, Yogyakarta, Difabel, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…