Ramai-ramai Bermain Golf
Edisi: 27 Nov / Tanggal : 2022-11-27 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
STIK iron set TaylorMade P770 jenis pitching wedge mengayun dan menghantam keras sebuah bola golf pada salah satu driving mat di Palm Springs Golf and Country Club, Karawang, Jawa Barat, 17 September 2021. Bola itu melambung lalu bergulir sejauh 20-30 meter. Ini adalah pukulan pertama pegolf pemula, Dwi Putri Utami, yang berhasil mengenai sasaran secara tepat atau good shot. “Sebelumnya saya sudah coba memukul sekitar 50 kali dan gagal,” kata perempuan berhijab asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut mengenang pengalaman pertamanya bermain golf kepada Tempo, Rabu, 23 November lalu. Utami mengatakan sebagian besar pukulannya kala itu gagal karena hanya memukul angin atau rumput sintetis pada matras—biasa disebut grounded shot. Beberapa kali dia juga melakukan topping shot—kesalahan dengan memukul bagian atas bola yang membuatnya hanya menggelinding pelan ke depan. Perempuan 32 tahun tersebut mengaku belum memiliki kekuatan pergelangan tangan yang baik. Alih-alih menyerah, Utami makin serius menekuni olahraga golf. Pada tiga hingga empat bulan pertama, dia bisa berlatih minimal dua kali per pekan di sejumlah driving range—fasilitas yang kerap menjadi tempat berlatih sejumlah teknik dasar sebelum bermain di lapangan golf. Dia pun mulai melengkapi perlengkapan hobi golfnya, dari set stik hingga pakaian. “Karena stik awal itu punya suami yang untuk pria, jadi saya beli lagi yang khusus perempuan. Satu set isi 10 stik seharga sekitar Rp 14 juta. Pakaian dari brand lokal sekitar Rp 300 ribu. Lalu sepatu yang memang khusus golf,” ujar wirausaha di bidang teknologi informasi tersebut. Dia menuturkan awal minatnya bermain golf ini memang tumbuh pada pertengahan masa pandemi Covid-19. Dia menjelaskan, suaminya sempat mendapat pinjaman stik dari rekan kerja saat awal menekuni hobi golf. Berbekal video YouTube, Utami kemudian menjadikan stik tersebut sebagai alat latihan awal, seperti posisi tubuh dan cara memukul. Meski demikian, Utami menambahkan, keputusan membeli perlengkapan golf sendiri baru diambil setelah dia cukup lama bermain. Pada fase awal, dia mencoba melihat apakah dirinya memiliki talenta dan kemampuan bermain golf. Dia tak ingin merogoh kantong lebih dalam hanya untuk olahraga yang bertujuan gengsi atau sekadar coba-coba. Utami pun tak menafikan warta ihwal banyaknya pemain muda dan perempuan yang mencoba golf pada masa pandemi Covid-19. Hal ini juga yang membuatnya berinisiatif menyebar flyer saat mendatangi sebuah lokasi driving range dan golf course. Isinya ajakan kepada pehobi golf perempuan untuk bergabung dengan komunitas Go Girls Golfer. “Vibes kalau main dengan pria itu beda, karena mereka kan lebih…
Keywords: Golf, Pandemi Covid-19, Olahraga Golf, Komunitas Pegolf, Bermain Golf, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…