Perempuan Menari Dan Melestarikan Tradisi

Edisi: 5 Febr / Tanggal : 2023-02-05 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :


AULA berukuran 20 x 12 meter itu dipenuhi 40 perempuan yang tengah bersiap berlatih menari pada Sabtu siang, 28 Januari lalu. Sebagian besar perempuan itu mengenakan kaus berwarna merah bertulisan “Perempuan Menari”. Mereka adalah anggota Komunitas Perempuan Menari yang hendak berlatih tari saureka-reka yang dikenal juga dengan nama gaba-gaba.
Dengan iringan musik bernada ceria, enam perempuan terlihat memegang tongkat sepanjang 2,5 meter. Berpasang-pasang, mereka mengangkat tongkat sembari merapatkan dan melebarkannya mengikuti iringan musik. Para perempuan lain bertugas melangkah di sela-sela tongkat yang melebar dan merapat. Sesekali para penari tertawa kecil ketika salah melangkah di antara tongkat sehingga harus mengulang gerakan tari yang berasal dari Maluku tersebut.
“Kami sedang latihan tari gaba-gaba sebagai persiapan mengikuti World Dance Day pada tahun ini,” kata Ketua Komunitas Perempuan Menari Sabena Betty Sihombing di Aula Pusat Pengkajian Strategis Penelitian dan Pengembangan Tentara Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu, 28 Januari lalu.
Betty menjelaskan, latihan tari itu merupakan bagian dari kegiatan Komunitas Perempuan Menari yang terbentuk pada 2018. Betty lantas bercerita tentang perjalanan komunitas yang dinakhodainya itu. Saat itu Betty bersama lima kawannya, Listiany Kartawijaya, Icca Miranti, Dwi Arlina, Made Kurniati, dan Pritha Nandini, bersepakat mencari aktivitas yang lebih bermanfaat ketika menunggu anak-anak mereka yang sedang mengikuti les menyanyi. “Awalnya kami dulu ikut sanggar tari, namanya Argahari,” tutur perempuan yang lahir di Jakarta pada 14 Juli 1973 ini.
Bersama Sanggar Tari Argahari, Betty dan kawan-kawan berlatih dua kali setiap Ahad siang di Jalan Kramat, Jakarta Pusat. Mereka pun pernah berpentas di bawah bimbingan Istiadi Bambang Sutidjo sebagai pelatih. 
“Waktu itu kami memilih mendirikan komunitas sendiri karena tempat latihan tari di Kramat jauh dan susah kalau mau parkir. Kita tahu sendiri bagaimana kondisi Jalan Kramat yang sempit," ujar Betty, yang bekerja sebagai wiraswasta.
Akhirnya, Betty menambahkan, Komunitas Perempuan Menari (KPM) resmi terbentuk pada 6 Januari 2018. Saat itu mereka memanfaatkan lobi kantor salah satu badan usaha milik negara bidang properti sebagai tempat berlatih. Lokasi kantor itu di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, yang merupakan tempat kerja salah satu pendiri KPM, yakni Icca Miranti. “Sekitar setahun kami berlatih di Jalan Wijaya itu, sekaligus tempat latihan pertama kami,” ucap Betty.

Pendiri Komunitas Perempuan Menari, Sabena Betty Sihombing di Jakarta, 28 Januari 2023/Tempo/Hilman Fathurrahman W
Ketika jumlah anggota KPM mulai bertambah, Betty dan kawan-kawannya kemudian menyewa tempat di Jalan Cisanggiri, Jakarta Selatan. Sekitar setahun para…

Keywords: PerempuanPenariPenari PerempuanKomunitas TariKomunitas Perempuan Menari
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…

A
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06

Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…

I
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01

Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…