Kreasi Komik Di Ruang Digital

Edisi: 26 Feb / Tanggal : 2023-02-26 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :


DI sudut ruangan area merokok di kedai kopi Kroma, Cipete, Jakarta Selatan, Adimas Bayu atau yang lebih populer dengan nama Masdimboy tengah asyik memoles gambar dua karakter komik di komputer tablet, Senin malam, 20 Februari lalu. Karakter pertama, seorang lelaki tua berkumis tebal. Kedua, anak muda dengan topi terbalik dan mengenakan kaus belang-belang. Kedua karakter itu tampak sedang bertanya-jawab.
Pada panel pertama komik setrip itu karakter anak muda menyorongkan mikrofon kepada sang lelaki tua dan bertanya: "Bagaimana pendapat Bapak tentang anak muda yang ugal-ugalan?". Lalu, pada panel kedua, lelaki tua itu menjawab: "Ya, paling tuanya nyesel". Pada panel terakhir, dengan mata terbuka lebar dan tertawa, lelaki tua itu menambahkan lelucon: "Itu juga kalau sempat tua".
Komikus 38 tahun ini kemudian memoles komik setrip itu dengan memainkan gradasi warna hitam dan putih. Dia juga mengamati detail-detail lain, seperti ukuran, letak kalimat, dan font tulisan yang ditulis secara langsung. Berselang beberapa menit kemudian, dia mengunggah komik dengan cerita pendek itu di akun Instagram-nya, @masdimboy. Dia juga mengunggah komik itu di akun Facebook dan Twitter-nya.
“Kebetulan untuk karakter gambar ini saya pakai referensi bapak mertua saya. Ide ini muncul ketika saya berkendara dalam sebuah mobil,” kata Masdimboy kepada Tempo tentang ide proses kreatifnya dalam membuat komik setrip dengan cerita pendek tersebut.
Masdimboy menerangkan, ide itu biasanya dia tuangkan dulu dalam bentuk sketsa, gambar mentah komiknya, di sebuah buku catatan kecil. Buku tersebut juga berisi teks pendek yang dibuatnya. Catatan-catatan pendek juga banyak disimpan di telepon selulernya. Sebagai komikus, dia lebih suka mengeksekusi secara langsung komik setrip dengan beberapa panel yang merespons kenyataan sehari-hari yang dijumpainya.
Dalam unggahan lain, Masdimboy merespons kenyataan hidup sehari-hari di era teknologi digital. Misalnya orang-orang yang tak bisa lepas dari ponsel pintar dan media sosial. Dalam unggahan komik setripnya dia membuat karakter seorang perempuan yang sedang melakukan siaran langsung tutorial makeup di akun Instagram. Pada salah satu panel, dia membuat lelucon cerdas berupa gambar tangan yang masih menggenggam ponsel pintar keluar dari tanah makam. Di panel itu terdapat dua kalimat: “Dead IG” dan “Jangan lupa kirim Alfatehah ya gaes”.
Cerita keseharian yang jenaka dan lelucon khas orang Indonesia memang menjadi ciri khas komik-komik setrip karya Masdimboy. Dia mengatakan lebih tertarik pada wacana atau isu kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai tema penceritaan komiknya. Hal-hal remeh-temeh seperti bercanda ketika sedang nongkrong bersama teman-temannya menjadi pemantik untuk kemudian divisualkan dalam bentuk komik setrip. Alasannya satu, “Penikmat komik saya adalah orang-orang Indonesia,” ujarnya.
Lalu, ihwal pilihan komik setrip karyanya dengan alur cerita ringkas dan padat, menurut Masdimboy, itu karena saat ini banyak orang yang tidak menyukai cerita yang berpanjang-panjang. Adapun untuk urusan kadar kelucuan dalam setiap komiknya, Masdimboy tidak mau ambil pusing. Bagi dia, lucu atau tidaknya komik karyanya menjadi urusan pembaca. “Yang terpenting adalah kepuasan dalam berkarya,” ucapnya.
Ciri khas lain komik karya Masdimboy adalah hanya menggunakan dua warna, yakni hitam dan putih. Menurut dia, pemilihan warna adalah bagian paling sulit. Pilihan menggunakan warna monokrom tersebut juga tak lepas dari pengalamannya ketika menggeluti kerja mandiri dalam bentuk zine, media cetak alternatif yang direproduksi dengan cara fotokopi, semasa kuliah dulu. “Saya ingin bernostalgia dari awal saya mengenal komik yang bentuknya memang hitam-putih. Saya ingin bikin sesederhana mungkin. Ya, hitam-putih bisa jadi komik, kok,”  tuturnya.

Karya kartun Adimas Bayu yang dibagikan lewat akun instagramnya @masdimboy/Instagram @masdimboy
Dimas—nama kecil Adimas Bayu—mulai mengenal komik sejak masih anak-anak lewat koran langganan orang tuanya. Setiap koran datang, dia langsung membuka halaman yang berisi cerita bergambar itu. Semasa kecil, dia juga menikmati komik Jepang yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Salah satu yang paling dia nikmati adalah Doraemon besutan Fujiko F. Fujio.
Sejak saat itu dia mulai mencoba membuat komik dan mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. Ketertarikannya pada komik kian berkembang ketika dia kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung pada 2003. Ekosistem kreatif di kampus membawanya pada pembuatan komik dalam bentuk zine. Tema komedi, action, hingga drama pernah dituangkan dalam karyanya.
Komik-komik karyanya beredar di lingkungan kampusnya. Awalnya, distribusi komiknya berdampingan dengan sejumlah zine milik komunitas, salah satunya…

Keywords: KomikAnimasiKomikusMasdimboyTahilalatsSampahisasiJurnaliskomikKomik DigitalKreator KomikKomik SetripKomik Jurnalistik
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…

A
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06

Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…

I
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01

Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…