Syahrul Memeras, Syahrul Diperas. Mana Yang Benar?
Edisi: 8 Okto / Tanggal : 2023-10-08 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :
MESKI sudah mengajukan surat permohonan pengunduran diri sebagai Menteri Pertanian kepada Presiden Joko Widodo pada Kamis, 5 Oktober lalu, Syahrul Yasin Limpo tetap bersiap melantik Fadjry Jufri sebagai Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP). Pelantikan Fadjry digelar pada Jumat siang, 6 Oktober lalu, di gedung BSIP di Cimanggu, Bogor, Jawa Barat.
Karena protokol Menteri Pertanian mengkonfirmasi kehadiran Syahrul, panitia pelantikan menyiapkan penyambutan. Namun pada hari itu Presiden Joko Widodo menerbitkan surat penunjukan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo sebagai pelaksana tugas Menteri Pertanian beberapa jam sebelum pelantikan berlangsung. Syahrul pun batal datang.
Protokol Istana Kepresidenan sigap memproses surat pengunduran diri Syahrul Yasin Limpo. Tanpa pertimbangan lain-lain, Presiden Jokowi menyetujui permintaan itu. "Jumat pagi sudah saya tanda tangani," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 7 Juli 2020/Tempo/Tony Hartawan
Sepekan sebelum memohon pengunduran diri, Syahrul menerima surat pemberitahuan sebagai tersangka kasus korupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Penyidik KPK menjeratnya dengan tiga perkara sekaligus: pemerasan, gratifikasi, dan pencucian uang. Tempo memperoleh dokumen penetapan tersangka Syahrul pada Selasa, 26 September lalu.
Selain menjadikan Syahrul sebagai tersangka, KPK menetapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono serta Direktur Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Muhammad Hatta sebagai tersangka pemerasan dan gratifikasi. Hatta adalah anak buah Syahrul saat masih menjabat Gubernur Sulawesi Selatan. Namun, hingga Sabtu, 7 Oktober lalu, KPK belum menahan ketiganya.
Saat menerima surat pemberitahuan KPK itu, Syahrul tengah berada di Roma, Italia; dan Spanyol. Seharusnya, menurut jadwal, ia kembali ke Jakarta pada Ahad, 1 Oktober lalu. Namun ia baru pulang pada Rabu, 4 Oktober lalu. Seorang penegak hukum di KPK mengatakan Syahrul sebenarnya sudah berada di pesawat dari Spanyol menuju Indonesia. Saat di tempat transit, ia mengganti penerbangan menuju Singapura.
Syahrul, Kasdi, dan Hatta dituduh mengakali dana non-bujeter dan menerima upeti dari para pejabat Kementerian Pertanian untuk mempertahankan atau naik jabatan. Menurut KPK, nilai setoran para pejabat eselon I, II, dan III itu rata-rata berkisar ratusan juta hingga miliaran rupiah, tergantung jabatan.
Seorang penegak hukum lain di KPK mengatakan pengumpulan setoran dari para pejabat tersebut terjadi secara terstruktur dan masif. Para direktur dan pejabat eselon II meminta upeti kepada bawahannya. Bawahan mereka itu mengumpulkan uang dari perusahaan yang mendapat proyek dari Kementerian Pertanian. Ada juga uang yang diambil dari anggaran perjalanan dinas fiktif.
Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi menggeledah rumah pribadi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Jalan Pelita Raya, Makassar, Sulawesi Selatan, 4 Oktober 2023/Antara/Hasrul Said
Berdasarkan penjelasan KPK, pengumpulan uang secara berjenjang itu terjadi bertahun-tahun. Tapi Syahrul Yasin Limpo baru sadar tengah diawasi KPK pada Juni lalu. Para penyidik KPK membahas dugaan korupsi…
Keywords: KPK, Syahrul Yasin Limpo, pemerasan, Korupsi, Firli Bahuri, Gratifikasi, TPPU, Korupsi Kementerian Pertanian, Febri Diansyah, Rasamala Aritonang, Donal Fariz, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…