Kudapan: Teman Minum Kopi Khas Nusantara
Edisi: 5 Nove / Tanggal : 2023-11-05 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
Peunajoh timphan, piasan rapai. Kaya cit than, nyang peunteng na kupi.
(Kudapan timphan, kesenian rapai. Kaya sudah tak mungkin, yang penting ada kopi.)
PEPATAH itu menggambarkan kondisi sosial-budaya orang Aceh. Bagi orang Aceh, timphan dan kopi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada kedai kopi, di sana lazimnya ada timphan.
Seperti di kedai kopi Solong, Ulee Kareng, Banda Aceh, Rabu, 1 November lalu. Aryos, 41 tahun, pengunjung kedai, memesan kopi robusta yang ditambah gula aren. “Jangan lupa bawa timphan dan bingkang, ya,” kata Aryos meminta kudapan teman minum kopi kepada pramusaji.
Timphan adalah penganan sejenis lepat yang terbuat dari tepung ketan, pisang, dan santan. Sedikit berbeda dengan di kedai-kedai lain, timphan yang disajikan di Solong adalah timphan srikaya. Timphan yang dibungkus daun pisang itu dicampur dengan kuning telur.
“Ini timphan ketan juga, tapi diaduk dengan telur ayam, dicampur srikaya. Makanya tekstur timphan licin. Kalau dimakan terasa renyah,” ujar M. Subhan Nurdinis, pekerja kedai kopi Solong yang akrab disapa Nurdin.
Nurdin sudah bekerja belasan tahun di kedai kopi legendaris yang beroperasi sejak 1974 tersebut. Selama bekerja di kedai itu, ia menjumpai banyak pengunjung yang memesan timphan sebagai kudapan teman minum kopi. “Timphan sudah menjadi kudapan favorit pengunjung,” ujarnya.
Selain menyajikan timphan, kedai Solong menyediakan bingkang alias bikang dan pulut srikaya sebagai kudapan unggulan. Ada beberapa jenis bikang yang menjadi kudapan tradisional Aceh, seperti bikang tepung dan ubi. Nurdin menuturkan, bikang yang disuguhkan di kedai itu adalah bikang tepung. Sebagian besar orang Aceh menyebut bikang sebagai kue adee.
Setiap hari kedai Solong menyajikan timphan, bikang, canai, kue lapis, dan pulut srikaya sebagai kudapan pendamping minum kopi. “Dulu ada juga pisang goreng, tapi timphan, bikang, dan pulut srikaya tetap yang jadi andalan di sini,” ucap Nurdin.
Yusri Yusuf, pelanggan Solong, mengatakan kue yang paling ia sukai di kedai itu adalah canai. Namun sekarang canai sudah jarang ada. Dulu Yusri selalu memesan canai bila mampir ke kedai Solong. “Kadang saya makan di Solong sambil minum kopi. Kadang saya bungkus juga untuk dibawa ke kantor,” kata Yusri, pengajar di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Seusai salat subuh, Yusri kerap singgah di kedai kopi Solong. Bersama sesama anggota jemaah salat subuh, mantan Wakil Rektor Institut Seni Budaya Indonesia Aceh itu sering meminum kopi Solong sembari menikmati kudapan tradisional Aceh. “Solong kan dekat dengan Masjid Besar Ulee Kareng. Selesai salat, kami langsung ke Solong. Namun itu tadi, sekarang sudah jarang terlihat canai. Kalau pulut srikaya masih ada setiap hari,” ujarnya.
Timphan dan kudapan pendamping minum kopi di kedai kopi Solong, Ulee Kareng, Banda Aceh, NAD, 1 November 2023/Herman RN
Kudapan teman minum kopi khas Aceh juga bisa dijumpai di kedai Dekmie/Chek Yuke/Taufiq milik Hilmi. Pria 50 tahun yang biasa dipanggil Dekmie itu mengatakan timphan dan pulut srikaya paling diminati pengunjung. “Kudapan tradisional ini ada sejak lampau, sejak zaman Kerajaan Aceh,” katanya.
Siang itu, terlihat sembilan pria meriung di meja panjang di kedai tersebut. Muhammad Nasir, salah satu pria itu, tampak sedang menikmati pulut srikaya. Sebagai pelanggan tetap kedai Dekmie, Nasir hampir setiap pagi singgah. Menurut dia, pulut srikaya sudah menjadi kudapan umum di setiap kedai kopi di Aceh, khususnya di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Menu lain favorit Nasir adalah boh godok kacang hijau. “Godok kacang hijau di Dekmie ini khas, tidak keras dan tidak terlalu manis,” tutur dosen di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Aceh, itu. Nasir menunjuk sebuah piring kecil yang berisi empat boh godok kacang hijau, kue bulat pipih yang terbuat dari tepung. Di dalamnya terdapat kacang hijau.
Lain halnya dengan Basri, lelaki asal Pidie yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala. Ia mengaku lebih menyukai boh rom-rom kalau sedang menikmati kopi di kedai Dekmie. Boh rom-rom adalah makanan khas Aceh yang juga biasa disebut onde-onde.
Berbeda dengan di daerah lain, onde-onde di Aceh terbuat dari tepung ketan yang diremas-remas dengan air hangat, dibikin bulatan-bulatan, lalu bagian dalamnya diberi inti. “Intinya bisa dari gula putih, boleh juga gula merah, tergantung selera,” ucap Basri.
Menurut Basri, dulu kudapan tradisional itu hanya ada pada bulan puasa atau Ramadan. Namun sekarang boh rom-rom menjadi kudapan pendamping kopi yang lazim dijumpai di beberapa kedai kopi.
Tak lama berselang, Nasir, Basri, dan rekan-rekan mereka beranjak dari kedai Dekmie. Di meja kasir, mereka berdiskusi…
Keywords: Kedai Kopi, Warung Kopi, Minum Kopi, Kopi Tubruk, Kudapan Pendamping Kopi, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…