K.H. Ahmad Hasyim Muzadi


Karena pertumbuhan badannya terhambat, Hasyim Muzadi baru bisa berjalan pada usia lima tahun. Walau begitu, perkembangan intelektualitasnya lancar-lancar saja. Hasyim bisa menyelesaikan kuliah di IAIN Sunan Ampel, Malang, Jawa Timur, dan menggondol gelar sarjana. Semasa kuliah, karena orang tuanya tak mampu membiayai, ia sempat mengajar agama dan sosiologi di sebuah SMA swasta di Kota Malang. “Waktu itu, pagi saya kuliah dan sore mengajar,” tuturnya.

Sebetulnya, ketika nyantri di Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Hasyim tak terpikir menjadi pemimpin agama. Cita-citanya sederhana: hanya ingin menjadi orang yang berguna bagi agama dan masyarakat. Mengutip kata-kata kiainya di Gontor, K.H. Yarkasi, “Hidup sekali hendaknya berarti, jangan kamu hidup menunggu sambil makan.” Hal yang dijunjung dalam pesantren, menurut Hasyim, adalah etika hubungan orang per orang. Misalnya, bagaimana seorang murid menghormati gurunya. “Tapi, kalau soal pemikiran dan pendapat, antara murid dan guru bisa berbeda.”

“Selulus” dia dari Pondok,…