
H. Achmad Tirtosudiro
YANG empunya nama pun tak tahu, kenapa Muhammad Irsyad berubah menjadi hanya Achmad, ketika ayahnya memasukkannya ke Holland Inlander School di Cirebon. Lalu, setelah sang ayah meninggal, 1953, ia cantumkan nama ayah itu di belakang namanya. Untuk selalu mengenang sang ayah, katanya. Jadilah anak lelaki yang dipanggil Mamit itu bernama Achmad Tirtosudiro – sampai sekarang.
Kegiatan rutin yang dilakukan mantan tentara ini begitu bangun tidur, bersenam gaya Swiss gymnastic yang dipelajarinya di zaman Belanda dulu. Toh, ada yang tak bisa ditangkal degan hanya bersenam. Di usianya sekarang yang memasuki kepala delapan, ia makin tergantung alat bantu: tape recorder. “Penglihatan dan pendengaran saya sudah berkurang,” katanya. Alat ini setia menemani sejak ia bertugas di Jerman, 1973, untuk mendengarkan buku. Sayang, katanya, masih jarang buku yang diterbitkan berikut kasetnya – apalagi buku terbitan Indonesia.
Di meja makan lelaki yang dikenal keras dan berdisiplin ini hampir…