August Parengkuan


SETELAH lebih tiga puluh tahun August Parengkuan bergelut di media cetak, kini ia dipercaya menjadi Presiden Direktur Tivi 7, stasiun televisi swasta baru milik Kelompok Kompas-Gramedia. Baginya, ini adalah tantangan, termasuk tantangan menyesuaikan diri dengan kultur kerja di media televisi yang mengharuskan kerja 24 jam. “Saya sadar ini harus berhasil. Kalau gagal, saya bisa dimaki,” kata August.

Jadi wartawan, sebenarnya, bukanlah cita-citanya sejak awal. Ayahnya seorang tentara—yang sewaktu August kecil sering bertugas memadamkan pemberontakan di Sulawesi dan Maluku. “Saya dulu ingin jadi tentara,” tutur pria kelahiran Surabaya yang menghabiskan masa kecil di Sulawesi ini. Cuma, berbeda dengan sang ayah, dalam pandangan August: “Tentara kok bisa jadi bupati, gubernur, duta besar, menteri. Sehingga saya berpikir kalau begitu jadi tentara saja,” ujarnya lagi. Tapi, ketika ia melamar, ibunya menangis, dan si sulung ini tahu arti air mata ibunya. Sebagai istri tentara, sang ibu sering ditinggal pergi suaminya ke medan…