Djaduk Ferianto
TERLAHIR dengan nama Guritno, pemberian pamannya, bungsu anak Bagong Kussudiardjo ini sakit-sakitan sampai tahun 1974. Menurut para orang tua zaman itu, si bocah keberatan nama. Maka, oleh ayahnya, digantilah namanya dengan Djaduk—yang artinya unggul—karena sang ayah kagum pada temannya bernama Djaduk Setiawan. “Setelah nama itu kusandang, sakit yang dulu sering menghinggapi tidak mampir lagi,” tutur Djaduk, komposer musik eksperimen.
Setiap kali masuk rumah sakit, ia selalu ditemani radio yang sering menyiarkan pertunjukan wayang. Tak lupa buku cerita wayang selalu ada di sampingnya. “Kemudian saya bercita-cita jadi dalang, bahkan sempat belajar mendalang,” ujarnya. Tetapi ketertarikan terhadap musik lebih besar.
Lingkungan masa kanak-kanaknya di Tedjakusuman, Yogyakarta, yang kental dengan kesenian, sangat mendukung karirnya di bidang musik, juga teater. Apalagi di tubuhnya mengalir darah seni dari ayahnya, seorang koreografer kenamaan. Bagong sendiri termasuk keturunan bangsawan kesultanan Yogyakarta, Tedjakusuma, sesepuh tari Jawa.
…