Prof.Dr. Azyumardi Azra, MA


MEKKAH dan Masjidil Haram ternyata tak selamanya memberi gambaran sakral dan syahdu. Setidaknya bagi Azyumardi Azra, sang ahli sejarah Islam. Ketika bertandang ke sana untuk naik haji, 1991, ia malah menangkap suasana yang profan, yang tentu bertolak belakang dengan citra kota suci tersebut. Ahli sejarah Islam dan nilai hidup Nabi Muhammad itu juga merasa tak menemukan monumen historis sang nabi dan para sahabatnya.

"Yang menonjol itu McDonald dan Kentucky Fried Chicken yang terletak di depan masjid, yang gedungnya mewah dan lebih tinggi dari masjid," ujar Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu. Alhasil, Azyumardi merasa perjalanan hajinya tak banyak memberi arti bagi perjalanan rohaninya.

Tapi tentu bukan karena tak menemukan suasana sakral dan syahdu tersebut, ia lantas merasa tidak cocok menjadi ulama. Menjadi ulama, katanya, tidaklah mudah. Selain menguasai ilmu dan pemahaman agama yang mendalam, juga memerlukan daya humor yang tinggi. Padahal, sementara…