
BISUK SIAHAAN
Setahun setelah memperoleh ijazah Jurusan Kimia Teknik ITB, 1961, Bisuk diterima bekerja pada Departemen Perindustrian. Ketika itu ia ditanya mau ditempatkan di mana: Pabrik Baja Trikora (kini Krakatau Steel), Pabrik Pupuk Pusri, atau Proyek Asahan. Ia memilih yang terakhir.
Anak kedua dari lima bersaudara pensiunan jaksa tinggi itu dekat dengan kakeknya. Sang kakek, bekas demang di Asahan, suka bercerita tentang masa mudanya: kerap diajak menyertai petugas survei Belanda yang merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Asahan. ''Pokoknya, makmurlah kita kalau proyek ini terlaksana,'' ujar Bisuk, menirukan kata-kata sang kakek.
Merantau ke Jawa sejak di bangku SD, begitu merampungkan SMA, ia mulanya mendaftar di FK UI. Takut ditugasi di kamar mayat, Bisuk lalu pindah ke FE UI. Tetapi, ini pun ditinggalkannya, karena rumahnya terlalu jauh dari kampus. Masuk Fakultas Psikologi, kuliah bubar sendiri karena tidak ada pengajar. Kemudian ia mendaftar di…