
WIWEKO SUPONO
Sebagai direktur utama Garuda Indonesian Airways (GIA), ia digantikan bekas anak buahnya, R.A.J. Lumenta, November 1984. Wataknya keras dan, sering kali, tidak mengenal kompromi.
Lama berkuasa di GIA, ia masih tetap dengan mobil VW kodok, sama seperti waktu ia mulai berkantor di perusahaan itu, Februari 1968. Padahal, keberhasilannya diakui Menteri Roesmin Noerjadin. ''Garuda telah berkembang pesat. Kini, dengan 75 pesawat, armadanya terbesar di kawasan Asia Tenggara.'' Namun, akibat menambah terus jumlah pesawat, utang komersial Garuda juga cukup besar: US$ 850 juta.
''Tetapi, saya membeli pesawat untuk masa depan dengan harga sekarang,'' kata Wiweko ketika itu. Mengadakan penghematan, termasuk sistem penggajian, ia akhirnya dinilai ''pelit''. Kepemimpinan yang diterapkan lelaki sulung dari keluarga terpelajar ini mencerminkan kehidupan masa kecilnya. Tertib dan ketat dengan peraturan, ''Hampir puritan,'' kata beberapa orang yang mengenalnya.
Wiek, demikian panggilannya, pengagum Charles Lindbergh,…