
JITZACH ALEXANDER SEREH
Di dinding kamar kerjanya tergantung lukisan kapal layar yang dihadang gelombang dan batu karang. Waktu kecil, pengusaha ini bercita-cita menjadi kelasi. Ayahnya, Benyamin Arnoldus, guru dan pendeta, menginginkan anak kedua dari tiga bersaudara itu menjadi pendeta. Dalam usia lima tahun anak itu dititipkan ayahnya pada Gereja Protestan wilayah Nusa Tenggara Timur di Kupang.
Alex, demikian nama panggilannya, membandel. Tamat Middelbare Handels School (MHS) di Jakarta, ia segera bekerja sebagai klerk pos di Kupang. Jepang masuk, ia berdagang antarpulau: minyak kelapa, telur, kopi -- dengan menyewa perahu. ''Untungnya berlipat,'' ujarnya. ''Beli Rp 1,50 jual Rp 7,00.'' Malang, suatu saat ia ditangkap Jepang, dituduh mata-mata Inggris, dan dititipkan pada Raja Endeh yang dikenalnya baik. Dengan jaminan sang Raja ia dibebaskan, tetapi dagangannya berantakan. Sisanya dijualnya untuk biaya sekolah di Makassar.
Alex masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) cabang Ujungpandang, hanya sampai sarjana muda.…