
TOETY HERATY NOERHADI
Dalam hidupnya, Toeti Heraty selalu mempertanyakan keharusan-keharusan yang mutlak. Hal ini, katanya, ''Kemudian menimbulkan kesulitan. Dengan terus bertanya, kita akan mendapatkan banyak jawaban, sehingga harus memilih. Di situlah sulitnya.'' Tetapi, pada dasarnya, ''Eksistensi manusia selalu disudutkan pada pilihan,'' katanya. Untuk mengatasi itu, pada 1966 Toeti mulai menulis puisi.
Sebagai penyair, menurut Subagio Sastrowardojo, ''Toeti Heraty termasuk yang jarang terdapat di antara kita, berani berdiri di luar mainstream persajakan modern kita.'' Toeti sendiri mengaku ''selalu merasa gelisah, dan enggan terhadap bentuk-bentuk kemapanan.'' Ia juga segan menjadi pengagum atau pengikut tokoh tertentu. Karya puisinya dibukukan dalam Sajak- sajak 33, (Pustaka Jaya, 1971) dan Dunia Nyata. Toeti juga menyunting Seserpih Pinang, Sepucuk Sirih -- antologi puisi penyair-penyair wanita Indonesia -- (Pustaka Jaya, 1979). Bukunya yang lain: Mimpi dan Potensi (Balai Pustaka, 1984), Aku dalam Budaya (dari disertasi doktornya, Pustaka Jaya 1984), dan Bowbaden (karya bersama Marzuki, Jambatan, 1982).