NONO ANWAR MAKARIM


''Sejak kecil saya berdiri di dua kultur yang berbeda,'' kata Nono. ''Satu kaki pada kultur Barat, satu lagi berpijak di kultur Timur.'' Pada usia remajanya, Nono bersekolah di HBSwA Carpentier Alting Stichting di Jakarta, yang berorientasi ke Eropa. Pulang sekolah, ''Saya mengaji di sebuah madrasah di dekat rumah,'' katanya.



Anak sulung dari empat bersaudara ini tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menghargai kebebasan berbicara. Setiap anak, katanya, ''Boleh mengkritik sesama saudara, atau bahkan orangtua.'' Hal ini biasanya berlangsung saat-saat berkumpul di meja makan. ''Tetapi, kritik harus disertai argumentasi. Kalau tidak, bisa kena gampar Ayah,'' tutur Nono.



Meskipun demikian, mengaku menekuni bidang hukum bukan atas kemauan sendiri. ''Ayah yang menghendaki begitu,'' katanya. Ayahnya, Drs. Anwar Makarim, seorang notaris. Nono sendiri bercita-cita menjadi peneliti dan penulis.



Belakangan, ternyata, ia tidak kecewa berkarier sebagai ahli hukum. Sebagai konsultan, ''Setidak-tidaknya…