
PETER DOMINGGUS LATUIHAMALLO
Kuliahnya di HTS -- belakangan menjadi STT (Sekolah Tinggi Teologia) -- Jakarta, tertunda beberapa tahun. Pasukan Jepang yang menyerbu ke Indonesia menutup sekolah itu. Dominggus lantas luntang-lantung -- meskipun sempat enam bulan mempelajari musik Barat dan akting opera Italia pada sebuah sekolah musik di Jalan Jeruk, Jakarta.
Selama terkatung-katung itu, bekas juara lari 100 meter (dalam lomba antarmahasiswa) ini terpaksa menjadi centeng gedung sekolah. Seorang Belanda-Indo yang lolos dari interniran Jepang, dan bersembunyi di kawasan Menteng, memberinya uang 25 gulden. Ini ia manfaatkan sebagai modal berdagang sayur dan buah-buahan. Sore hari Dominggus mengayuh sepeda mencari dagangan di Pasar Minggu, keesokan paginya ia berjaja.
Pada 1945, ia sempat mengikuti pendidikan di Sekolah Islam Tinggi, di bawah pimpinan Mohammad Natsir. Teman sekuliahnya antara lain Mukti Ali, yang dikemudian hari (1971-1978) menjadi menteri agama RI.Dominggus lahir sebagai anak kedua (dengan empat saudara) Almarhum E.J. Latuihamalo,…