
PRAMUDYA Ananta Toer
''Saya bosan jadi pengarang,'' ujar Pramudya Ananta Toer, pada akhir 1984. Mestinya, katanya, ia menjadi petani saja, seperti cita-citanya dahulu. Namun, masih menjalani wajib lapor setelah sekitar lima tahun dibebaskan dari Pulau Buru. Pram tampaknya tidak memiliki kecakapan lain selain menulis. Kini ia sedang menyiapkan Kamus Geografi.
Pram terdorong menyusun kamus ini, konon, karena tidak ada penulis lain yang berbuat serupa. Tetapi, itu agaknya bukan satu-satunya alasan. Setelah novelnya, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, yang ditulis di Pulau Buru, dilarang beredar, menulis kamus memang lebih aman.
Ayahnya, Toer, bekas guru dan aktivis PNI cabang Blora yang juga mampu mengarang, tampaknya banyak berpengaruh terhadap visi Pram. Apalagi ia pernah bersekolah di Taman Siswa, yang berpaham kebangsaan. Mengawali penampilannya lewat cerpen Kemana di majalah Pancaraya, 1947, nama Pram, yang mengaku menulis sejak di bangku SD, mencuat melalui novel KranjiwBekasi Jatuh, pada tahun yang…