
RADJA Pingkir Sidabutar
Di sekolah, dahulu ia tidak terlalu cemerlang. ''Tetapi, justru itulah yang mengharuskan kita menjadi pintar,'' kata R.P. Sidabutar, kini seorang dari segelintir ahli penyakit ginjal yang dimiliki Indonesia.
Anak sulung dari empat bersaudara ini berkaca mata tipis dengan rambut disisir rapi ke belakang. Sebenarnya, ia tampak berwibawa dalam seragam dokternya. ''Tapi, kata anak saya, saya lebih cocok jadi tukang pangkas,'' katanya. Ketua Konsultan Rumah Sakit Cikini ini memang senang bergurau.
Ayahnya, Wismar Sidabutar, pensiunan pegawai Kehakiman di Tapanuli. Tamat SD di Balige, Tapanuli, ia meneruskan sekolah ke Jakarta. Lulus FK-UI, 1961, ia lalu memperdalam subspesialis ginjal dan hipertensi di Universitas Leiden, Negeri Belanda. Di sana ia diangkat anak oleh Prof. De Graaf, seorang sejarawan yang memiliki perhatian besar terhadap Indonesia. Ia kemudian membentuk Subbagian Ginjal dan Hipertensi di RSCM, Jakarta, bahkan menerima sumbangan alat pencuci darah untuk pertama kali di Indonesia.