
SARWO EDHIE WIBOWO
Menjadi priyayi, berpenghasilan tetap dan mengabdi pada negara adalah cita-cita Sarwo Edhie Wibowo selagi kecil. Ayahnya, kepala rumah gadai di zaman Belanda adalah gambaran ideal baginya, model seorang sebagai pegawai negeri. Ternyata, Sarwo lebih berbakat sebagai komandan, daripada pegawai.
Sarwo adalah gambaran seorang prajurit ideal. Masa kecilnya diwarnai dengan kenakalan anak-anak: berkelahi dan adu berani di arus deras sungai. Tetapi setelah belajar silat, ia malah tidak pernah berkelahi. ''Baru saya membuka jurus saja, lawan sudah kabur,'' ucapnya, tertawa.
Dari membaca koran-koran bekas, Sarwo mengagumi Jepang dengan kemenangan demi kemenangannya menghadapi sekutu. Maka, ketika Jepang mengumumkan hendak mencari heiho, pembantu tentara, ia mendaftarkan diri di Surabaya. Namun, kemudian ia kecewa, dan berniat melarikan diri. Di asrama, kerjanya hanya memotong rumput, membersihkan WC, dan mengatur tempat tidur tentara Jepang. ''Kalaupun diajar perang, hanya memakai senjata kayu,'' katanya.Keinginannya menjadi prajurit tersalur setelah ia…