
SJUMANDJAJA
Cuma sekitar 16 karya lahir selama 14 tahun karier perfilmannya -- secara jumlah mungkin kecil. Tetapi dengan jumlah itulah Sjumandjaja hampir selalu meraih Piala Citra pada setiap kehadirannya dalam Festival Film Indonesia (FFI). Dan dari jumlah itu pula ia berhasil mengangkat dirinya menjadi seorang di antara segelintir sutradara Indonesia yang tidak dapat 'didikte' oleh produser film.
Sikap mandiri itu tampaknya mutlak bagi Sjuman, yang senantiasa ingin secara jelas menghubungkan film sebagai alat ekspresi pribadi dengan realitas sosial. ''Sayangnya, yang mengikuti dia tidak banyak,'' ujar D. Djajakusuma, budayawan dan sutradara film kawakan Indonesia.
Film-film yang lahir dari Bung Sjuman -- begitu panggilan akrabnya -- memang melekat dengan ''realitas sosial'' itu. Misalnya: Si Doel Anak Betawi dan Si Mamad (1973), Laila Majenun (1975), Si Doel Anak Modern (1976), Kabut Sutra Ungu (1979), Bukan Sandiwara (1980), Kartini (1982), Budak Nafsu (1983), dan Kerikil-Kerikil…