
SOFJAN ALISJAHBANA
Ketika Sofjan sedang asyik bermain golf di suatu petang pada pertengahan 1970-an, muncul anak perempuannya membawa kabar buruk: Percetakan PT Dian Rakyat, di Jalan Ketapang, Jakarta, terbakar. Ia langsung ke percetakan. Ia hanya sebentar terperangah menyaksikan bangunan tua berikut sejumlah mesin cetak offset dilahap api. ''Saya segera menghapus air mata, lalu pulang memeriksa dokumen mesin-mesin cetak,'' ujar anak ketiga Sutan Takdir Alisjahbana, sastrawan Pujangga Baru itu.
Malam itu juga Peang, demikian panggilan akrab Sofjan di antara keluarga dan teman-temannya, menggedor pintu rumah pimpinan PT Paramount, untuk memesan mesin cetak baru. Esoknya, ia menghubungi Omar Abdalla, saat itu pimpinan Bank Dagang Negara, untuk minta pinjaman. ''Ketika itu saya hanya punya sekitar Rp 160 juta dan memerlukan tidak kurang Rp 400 juta,'' kata penerbit Femina, majalah wanita pertama di Indonesia itu. Ia kemudian bertemu Gubernur DKI Ali Sadikin untuk meminta izin pendirian percetakan di Kawasan Industri Pulogadung. Di…