SUBRATA


''Orangtua saya hanya minta saya menamatkan sekolah,'' ujar Subrata, mengulangi pesan almarhum ayahnya, bekas buruh pabrik rokok BAT. ''Nah, begitu Ayah wafat, saya ingin membuktikan permintaannya, yaitu dengan bekerja keras.'' Ayahnya meninggal 1968, tiga hari sebelum Subrata berangkat ke Glasgow, Skotlandia, untuk mendalami pengetahuan tentang produksi acara televisi.

Jenjang yang dicapainya kemudian, Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film (Dirjen RTF) memang diraihnya dengan bekerja keras. Ketika melanjutkan sekolahnya ke SMP dan SMA di Cirebon, ia tetap tinggal di Mayung, desa kelahirannya, 11 km di luar Cirebon. ''Tiap hari saya harus mengayuh sepeda untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah,'' tutur anak kedua dari enam bersaudara itu.

Lulus Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Sosial dan Politik UGM, 1965, tahun berikutnya ia ke Jakarta dan tinggal di rumah rekannya, seorang sopir, di Gang Rengas, Senayan. Waktu itu, TVRI membuka lowongan kerja, yang dimanfaatkan oleh…