
Chand Parwez Servia
Anak kedelapan dari sepuluh bersaudara ini asli keturunan Pakistan. Orangtuanya—keduanya sudah meninggal—datang ke Indonesia pada tahun 1936, dan menetap di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sang ayah berdagang minyak serai, kemudian terjun ke industri batik. Sejak kecil, Parwez sudah terlatih hidup mandiri dan membantu orangtua. Untuk mendapatkan uang, ia menjual ternak piaraannya, merpati, atau membantu kakaknya yang pengusaha bioskop dengan membagi-bagikan pamflet.
Ibunya menginginkan Parwez jadi dokter, sedangkan ayahnya ingin si anak jadi insinyur teknik. “Saya sendiri bingung ingin menjadi apa,” paparnya.
Karirnya di bidang perbioskopan dimulai sejak kelas satu SMP, dengan memimpin satu bioskop. Sepulang sekolah, siang ia membantu menjaga toko orangtuanya, malam di bioskop. “Waktu SMA, saya sudah memimpin beberapa bioskop di Tasikmalaya,” tutur Parwez.
Kuliahnya di Institut Pertanian Bogor memberi manfaat lain. Karena jarak ke pusat industri dekat, ia belajar bagaimana para produser bernegosiasi.…