HARI itu, awal November, saya mencoba menengok kantor Partai "X" di Warsawa. Dalam ruang terbagi dua yang sempit dan seadanya di sebuah gedung tua di pinggir jalan pertokoan itu, seorang tokoh yang kurus dan berkumis dan tampak seperti seorang guru desa yang keras menjelaskan kenapa partainya disebut "X". "Karena partai-partai lain sudah jelas programnya, sedang program partai ini baru dibikin setelah anggotanya masuk," katanya. Tampaknya, program Partai "X" tak perlu dirumuskan secara spesifik. Mengapa harus? Polandia, seperti umumnya negara bekas komunis di Eropa Timur, telah menemukan bahwa demokrasi itu bisa ini dan bisa itu, dan bisa ramai: ada sekitar 30 partai yang dapat tempat dalam Sjem (parlemen Polandia), setelah pemilu yang baru saja selesai akhir Oktober. Di antaranya terdapat Partai "Pencinta Bir" yang memperoleh 16 kursi. Partai "X" mendapat tiga.