Bagi sebagian orang Kepulauan Nias di Sumatera Utara barangkali hanya dikenal dengan tradisi lompat batu--hombo batu--atau keelokan Pantai Lagundri dengan kegiatan surfing-nya. Namun, pulau seluas 5.625 kilometer persegi itu sejatinya memiliki segudang budaya dan alam yang eksotis. Ini pula yang membuat Nias menjadi salah satu pulau paling banyak dikunjungi bangsa asing, terutama Belanda dan Inggris. Maka, jangan heran ratusan catatan mengenai pulau Nias lahir. Bentuknya beragam, mulai artikel hingga buku. Isinya mulai membahas soal budaya, agama, pesona alam, hingga kehidupan masyarakat tradisional Nias. Salah satu buku penting adalah Het Eiland Nias atau Pulau Nias karangan H.J. Domis, sejarawan sekaligus budayawan dari Belanda. Dalam buku yang diterbitkan 1836 ini dijelaskan lengkap mengenai Nias, mulai letak geografis, penduduk, agama, serta budaya masyarakatnya. Selain melakukan pengamatan langsung, Domis juga menuliskan keadaan masyarakat Nias berdasarkan catatan harian sejumlah perwira laut Belanda yang sempat mendarat di Nias. Buku setebal 831 halaman ini juga bercerita tentang kedatangan Sir Thomas Stamford Bingley Raffles--Letnan Gubernur Inggris di Jawa dan Sumatera--di Pantai Nias sekitar 1820-1821.