Kelompok oposisi Libanon, aliansi anti-Suriah, kemarin menyatakan diri sebagai pemenang pemilu parlemen putaran terakhir. Kemenangan itu, kata pemimpin aliansi Saad Hariri, merupakan bukti bahwa rakyat Libanon menginginkan perubahan. "Hasil yang sudah mendekati kepastian ini menunjukkan telah datangnya perubahan yang kami serukan," kata Hariri. Penghitungan sementara yang dilakukan Minggu (19/6) malam menunjukkan kubu Hariri unggul atas kubu Kristen yang menjagokan Jenderal Michael Aoun di wilayah Libanon utara. Kedua kubu berlaga dalam empat putaran pemilu. Kubu Hariri telah memenangi tiga putaran sebelumnya. Dalam satu putaran sebelumnya, kubu aliansi pro-Suriah partai Amal dan Hizbullah menjadi pemenang. Dengan kemenangan itu, kubu Hariri--yang terdiri dari pemimpin Druze Walid Jamblatt dan Kristen sayap kanan--menyapu 28 kursi di wilayah Libanon Utara dari total 128 kursi di parlemen. Dengan 44 kursi yang mereka miliki sejauh ini, aliansi anti-Suriah memerlukan 75 kursi untuk mendominasi parlemen. Undang-undang Libanon mensyaratkan kelompok mayoritas harus memiliki 65 kursi. Meski kalah di wilayah Libanon utara yang merupakan basis kekuatan kelompok Kristen, pengaruh Aoun di parlemen tidak bisa diremehkan. Aliansi Kristen Maronit yang didukung sejumlah politikus pro-Damaskus menunjukkan perolehan suara yang signifikan di Lembah Bekaa dan Gunung Libanon. Mereka mengusung isu pemberantasan korupsi dan mengakhiri politik sektarian.