Letjen TNI (Purn.) Sutiyoso: "Kalau Masyarakat Menggebuki, Saya Sudah Siap"

Edisi: 45/32 / Tanggal : 2004-01-11 / Halaman : 101 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


JAKARTA membuka tahun 2004 dengan sebuah perdebatan panas: busway. Dan siapa lagi bintangnya kalau bukan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Meski kerap mendapat hujatan soal pelbagai proyeknya, Sutiyoso selalu jalan terus--lihat saja proyek pemagaran Monas, air mancur Bundaran Hotel Indonesia, dan patung Jenderal Sudirman. Kini, Sutiyoso kembali meluncurkan proyek yang kontroversial: busway jalur Blok M-Kota. Bukan hanya kemacetan yang dipersoalkan, tapi juga hingga ke pohon palem plastik--yang tampaknya berfungsi sebagai lampu--yang "ditanam" di beberapa bagian bersama dengan shelter. Aduh, kenapa pula bukan pohon beneran aja? Demikian gerutu para aktivis lingkungan dan arsitektur tata kota.

Toh, gempuran dari berbagai arah itu tak menyurutkan langkah Sutiyoso. Kepada Majalah TEMPO, Sutiyoso mengungkap rencana besarnya untuk masa depan transportasi publik di Jakarta. Pensiunan jenderal bintang tiga ini menyatakan akan mengintegrasi transportasi busway, kereta monorel, dan angkutan air. Meski waktunya terbatas, Sutiyoso berjanji akan merampungkan sekitar 60 persen pekerjaan yang sudah direncanakannya. Selanjutnya, ujar Sutiyoso, "Akan diselesaikan penerus saya."

Untuk mengupas proyek busway dan masa depan transportasi publik di Jakarta, wartawan TEMPO Setiyardi pekan lalu mewawancarai Sutiyoso di balai kota. Selama dua setengah jam wawancara, Sutiyoso didampingi pemimpin proyek busway Irzal Djamal, Kepala Dinas Perhubungan Rustam Effendi, dan Kepala Biro Protokol dan Humas DKI Jakarta Muhayat. Berikut cuplikannya.

Mengapa Anda sangat bersikeras mengerjakan proyek busway?

Kondisi transportasi umum kita semakin berat. Tak ada keseimbangan antara pertambahan kendaraan dan pertambahan jalan. Setiap hari orang Jakarta membeli 138 unit mobil. Soalnya, harga mobil murah meriah dan bisa dicicil sampai mati. Kalau 138 mobil itu dibariskan dengan jarak 1 meter, akan menghabiskan jalan sepanjang 800 meter. Artinya, setiap hari jalanan kita berkurang 800 meter. Sedangkan kita tak bisa menambah panjang jalan.

Bagaimana dengan kondisi transportasi umum?

Itu juga persoalan besar. Perbandingan kendaraan umum dan pribadi juga tak imbang--yakni 15 persen banding 85 persen. Nah, kendaraan umum yang berjumlah 15 persen itu pun dalam kondisi parah dan sementara tidak ada bus baru. Selama 40 tahun, tak ada perubahan substansial dalam sistem angkutan umum. Kita juga tak punya sistem angkutan umum yang terintegrasi--dari bus, kereta api, dan angkutan air. Kalau kondisi ini didiamkan, pada 2014 akan terjadi stagnasi yang membuat kemacetan total.

Apakah busway akan menyelesaikan masalah kemacetan lalu-lintas?

Busway memang bukan solusi kemacetan lalu-lintas. Apalagi, busway jalur Blok M-Kota hanya merupakan satu koridor dari 14 koridor yang kami rencanakan. Kemacetan baru akan teratasi bila sistem transportasi umumnya sudah terintegrasi--busway, kereta monorel, dan angkutan air di Banjir Kanal Timur. Jadi, potret besarnya utara-selatan ada busway, timur-barat ditusuk monorel dan akan dilingkari pelabuhan-pelabuhan kecil.

Apakah Anda sanggup merealisasi seluruh megaproyek itu?

Itu bukan pekerjaan mudah. Sutiyoso pasti tidak akan sanggup. Apalagi Sutiyoso itu cuma tentara yang tak bisa apa-apa. Maka, saya menggunakan orang-orang pintar dari UI, UGM, ITB,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…